"Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan sudah melakukan langkah-langkah. Seperti halnya yang saya sebut dengan (singkatan) TASPEN," terang dr Eko Budiono, Kepala Dinas Kesehatan Pacitan kepada detikcom, Sabtu (22/6/2019) malam.
Singkatan TASPEN, lanjut Eko Budiono, merujuk pada 3 jenis penanganan. Yakni Tata Laksana Kasus yang Lebih Intensif serta Surveilens Epidemologi yang Lebih Akurat. Langkah lainnya adalah Pengendalian Faktor Risiko.
Untuk Tata Laksana Kasus yang Lebih Intensif dilakukan dengan rawat inap penderita, tirah baring atau bed rest, serta pemberian nutrisi tinggi kalori dan protein. Selain itu juga pemeriksaan imunologis, tes cepat molekuler, dan pemeriksaan kontak serumah.
Adapun untuk Surveilens epidemologi dilakukan dengan menyusun laporan harian, laporan wabah mingguan, membuat grafik jumlah kasus dan distribusinya, serta pemanfaatan sistem laporan cepat untuk semua puskesmas dan layanan kesehatan swasta.
Sedangkan upaya pengendalian faktor risiko, lanjut Eko, dilaksanakan dengan beberapa upaya pro aktif ke lapangan. Antara lain pemeriksaan sumber air, klorinasi, pembiasaan cuci tangan pakai sabun, dan promosi kesehatan terkait pencegahan hepatitis A.
"Dukungan lintas sektoral serta peranserta masyarakat terus kita gerakkan. Di sisi lain STBM (sanitasi total berbasis masyarakat) perlu ditingkatan. Kami juga terus mengkampanyekan perilaku hidup sehat serta penyuluhan keluarga," papar pria yang lama menjabat Kepala Puskesmas Tulakan tersebut.
Eko Budiono menyebutkan, kasus yang menimpa 3 wilayah kecamatan tersebut awalnya diduga berasal dari sumber air yang tercemar. Hanya saja, dalam perkembangannya penularan sudah terjadi antar manusia. Medianya bisa berupa makanan maupun kotoran.
Meski jumlah penderita tergolong banyak, namun kadinkes yakin sejauh ini sumber daya yang ada masih memadai. Baik dari sisi jumlah petugas, anggaran, maupun dukungan fasilitas penanganan pasien. Pihaknya meminta semua puskesmas di jajaran Dinas Kesehatan untuk bekerja ekstra memberantas wabah yang kerap disebut 'Penyakit Kuning' tersebut.
"Kejadian ini harus kita tanggulangi dengan sikap yang luar biasa. Luangkan waktu, kesempatan, dan tenaga," tegas dr Eko Budiono dalam rekaman video advokasi teknis ke jajaran puskesmas.
Kasus dugaan hepatitis A di Pacitan pertama kali ditemukan, Senin (3/6) lalu. Hingga Sabtu (22/6) pukul 18.00 WIB jumlah penderita tercatat 429 orang. Mereka tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini