Ketua PC GP Ansor Trenggalek Izzudin Zakki mengatakan seluruh balon udara tersebut diterbangkan secara tradisional dengan menggunakan asap dari tungku pembakaran. Namum pihaknya memastikan penerbangan balon ini aman dan telah mendapatkan persetujuan airnav maupun instansi terkait, sebab dalam balon yang diluncurkan dikendalikan menggunakan tali dan tidak boleh menggunakan sumber api yang menyala.
Untuk menaikkan satu unit balon dibutuhkan kerja tim yang bertugas memberikan pengasapan hingga melakukan pengendalian saat balon mulai mengudara. Proses pengasapan sendiri rata-rata membutuhkan waktu rata-rata 20 menit.
Sedangkan bentuk balon yang diluncurkan memiliki bentuk yang bervariasi ada yang bulat, oval, bentuk ketupat, pesawat hingga berbentuk masjid.
"Kegiatan ini sebetulnya untuk mewadahi kegelisahan dari masyarakat pembuat balon sekaligus masyarakat lainnya yang takut akan dampak balon udara," kata Zaki, Kamis (13/6/2019).
Dalam festival ini setiap balon yang diluncurkan hanya dapat diterbangkan dengan ketinggian maksimal 30 meter. Sehingga tidak terbang bebas seperti tradisi yang selama ini ada.
"Kalau tradisi yang ada selama ini, warga menaikkan balon tanpa bisa dikendalikan, sedangkan pada balon itu disertakan sumber api yang menyala, sehingga ketika jatuh bisa membahayakan perumahan, lahan atau jaringan listrik," ujarnya.
Bahkan balon yang berukuran besar bisa terbang tanpa kendali dan menganggu penerbangan pesawat udara.
Gus Zaki mengakui pada even pertama ini masih terdapat sejumlah kendala, termasuk pengalaman para peserta salam mengoperasikan balon dengan kendali tali masih terbatas. Sehingga ke depan dibutuhkan inovasi dan strategi agar balon dapat terbang dalam durasi waktu yang lebih lama.
Sementara itu salah seorang peserta festival balon udara tradisional, Kholiq Hariansyah, mengaku cukup senang dengan adanya festival tersebut, karena bisa menjadi ajang kreativitas para pemuda yang selama ini membuat balon untuk perayaan lebaran ketupat.
"Tadi kami menerbangkan balon berukuran tinggi 6 meter dan diameter sekitar 4 meter, hanya saja memang masih ada kendala untuk menjaga agar balon bisa mengudara lebih lama," kata Kholiq.
Menurutnya, dari alokasi waktu mengudara yang diberikan panitia sekitar 20 menit, rata-rata peserta hanya mampu menerbangkan sekitar 10 menit. Balon langsung turun dan harus mendapat pengasapan kembali.
Baca juga: Langit Ponorogo Dihiasi Puluhan Balon Udara |
"Kendalanya adalah angin dan menjaga agar bisa lebih lama di udara. Ke depan mungkin akan kami buat inovasi pada balonnya dengan memberikan semacam ventilasi yang bisa buka tutup," imbuhnya.
Meski demikian pihaknya mengaku bersyukur ada wadah khusus bagi para pecinta balon untuk tetap berkarya tanpa harus merugikan orang lain. Diharapkan kegiatan serupa kembali digelar pada tahun depan sehingga menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat sekitar.
Di sisi lain, Kapolres Trenggalek AKBP Didit Bambang Wibowo mengapresiasi panitia penyelenggara yang memberikan wadah pecinta balon untuk berkreasi, sebab apabila tidak ada edukasi dan wadah khusus maka kegiatan peluncuran balon secara liar akan tetap ada.
"Dampak peluncuran balon secara liar sudah sering terjadi, mulai dari kebakaran hingga terganggunya jaringan listrik. Makanya dengan adanya event seperti ini akan lebih bagus, karena masyarakat bisa menikmati, pembuat balon bisa berkreasi dan minim risiko," katanya.
Tonton video Langit Ponorogo Dihiasi Puluhan Balon Udara:
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini