Meski begitu, Dinas Pertanian setempat memastikan sejauh ini Pacitan aman dari penyakit akibat virus tersebut. Hal ini karena kebutuhan daging dapat tercukupi dari ternak lokal. Artinya, dipastikan tidak ada lalu lintas ternak dari luar masuk ke Kota 1001 Gua.
"Justru kita lebih banyak mengekspor (mengirim keluar daerah) sapi dari Kabupaten Pacitan. Sehingga kemungkinan daging atau sapi masuk dari luar itu kecil," kata drh Kus Handoko, Kasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan, Dinas Pertanian Pacitan, Rabu (29/5/2019).
Meski begitu, lanjut Handoko, pihaknya tak mau kecolongan. Pemeriksaan intensif dilakukan. Tim pemantau diterjunkan langsung. Mereka rutin menyisir kios penjualan daging maupun ke sejumlah pasar tradisional.
Bahkan, kata Handoko, pemeriksaan awal sudah dilakukan sejak ternak dibawa melintasi daerah perbatasan. Petugas yang berada di check point menghentikan tiap kendaraan yang mengangkut ternak. Selanjutnya petugas memeriksa kondisi kesehatan hewan dimaksud. Jika dinyatakan sehat, ternak baru diizinkan dibawa melintas.
"Sebagai bentuk barikade kita memiliki check point di Kecamatan Donorojo. Yaitu untuk membatasi lalu lintas ternak kita sehingga kita akan lebih terjamin untuk tidak tertular penyakit tersebut," paparnya kepada wartawan di sela sidak di Pasar Minulyo, Jalan Gatot Subroto.
Memang, lanjut Handoko, tidak mungkin memutus mata rantai pengiriman ternak antar provinsi tersebut. Hal ini terutama pada kategori ternak muda. Sebab, selama ini banyak petani di Pacitan yang membeli bibit dari Pasar Hewan Pracimantoro maupun Purwantoro. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah pengawasan ketat terhadap kondisi kesehatannya.
"Kita persyaratkan juga bahwa dari daerah asal sudah dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan yang diterbitkan oleh dokter hewan setempat. Tanpa itu kita tolak untuk masuk Pacitan," tandasnya.
Sementara saat melakukan sidak di Pasar Minulyo petugas memeriksa daging di semua kios yang ada. Pemeriksaan meliputi kondisi fisik daging maupun pengujian PH. Handoko menyimpulkan secara umum daging yang dijual laik konsumsi.
Tim hanya menyoroti bahan yang digunakan pedagang untuk tatakan memotong daging. Sebagian besar berbahan kayu. Pori-pori yang terdapat di permukaan kayu dinilai rawan kontaminasi bakteri maupun kuman. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini