Kabid Operasional PMK Surabaya Bambang Vistadi mengatakan sulitnya api dipadamkan karena bahan yang terbakar didominasi dari plastik dan karet. Sehingga ketika sudah disiram air tapi dari bawah bara muncul lagi dan menyala lagi.
"Ini sudah pembasahan. Tapi tetap saja api masih menyala dari bawah. Nah itu terlihat dari asap yang masih saja mengepul dari bawah plastik dan karet yang terbakar," kata Bambang kepada detikcom di lokasi kebakaran, Senin (27/5/2019).
Untuk mengatasi api yang menyala, lanjut Bambang, pihaknya akhirnya menerjunkan sebuah backhoe untuk mengorek api yang masih menyala di bawah tumpukan rongsokan.
"Tadi kita akhirnya terjunkan habis magrib sebuah backhoe untuk mengorek tumpukan rongsokan. Kalau nggak gitu api menyala terus," terang Bambang.
Menurut Bambang, faktor lain yang menyebabkan lamanya proses pemadaman disebabkan sulitnya mendapatkan air. Hal itu juga diperparah dengan akses jalan yang sempit sehingga damkar harus masuk secara bergantian.
"Kesulitan pasokan air. Akhirnya kita ambilkan air ke kali Tebu. Jalan gang juga sempit," ujar Bambang.
Sementara itu Kabag Darurat Logistik (Darlog) Badan Penanggulangan Bencana (BPB) dan Linmas Yusuf Masruh menjelaskan, area yang terbakar luasnya mencapai 1 hektar. Sedangkan status tanah yang terbakar merupakan bekas tanah kas desa (BTKD).
"Sebenarnya ini BTKD (bekas tanah kas desa) luasnya sekitar 2 hektar. 1 hektar itu makam dan 1 hektar ini di BTKD yang dipakai warga menyimpan rongsokan," tandas Yusuf. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini