Itulah gambaran keceriaan sejumlah anak-anak remaja Masjid Al Mimbar Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung yang sedang bermain sepak bola api. Permainan ekstrem ini telah menjadi tradisi secara turun temurun pada saat malam bulan ramadan. Tak ada rasa takut atau kepanasan saat mereka berlarian dan menendang bola api dengan kaki telanjang.
"Ini adalah tradisi yang sudah ada sejak dulu di Masjid Al-Mimbar Desa Majan dan memang dilakukan oleh anak-anak," kata salah seorang pengurus Masjid Al-Mimbar, Bastomi, Jumat (17/5/2019).
Tradisi sepak bola api tersebut biasanya dilaksanakan usai salat tarawih dan tadarus Alquran. Kekosongan luang sebelum istirahat malam itulah yang sengaja dimanfaatkan untuk berolahraga malam sembari melestarikan tradisi.
"Sebelum sepak bola, anak-anak tadarus dulu. Kegiatan ini untuk melatih fisik dan mental anak-anak," ujarnya.
Bastomi menjelaskan bola yang digunakan dalam permainan ini bukan bola biasa, ia memanfaatkan buah Maja yang telah mengering. Selanjutnya buah tersebut direndam dalam minyak tanah.
![]() |
"Bola baru dinyalakan dengan korek api saat pertandingan akan dimulai," ujarnya.
Dalam sepak bola api ini tidak ada peraturan khusus yang mengikat, hanya saja diantara kedua tim jumlahnya harus berimbang. Gawangnya pun hanya menggunakan tumpukan sandal milik pemain.
Saat pertandingan berlangsung, tampak keceriaan dari anak-anak masjid tersebut, mereka saling kejar untuk memperebutkan bola api guna dilesakkan ke gawang lawan. Yang menarik dalam permainan ini para peserta tidak menggunakan sepatu, namun bertelanjang kaki.
Salah seorang pemain bola api, Mohammad Syifa mengaku senang bisa bermain bareng teman-temannya. Ia mengaku tak merasa kepanasan saat menendang bola api meski dengan bertelanjang kaki.
"Enggak kepanasan. Hanya saja yang sulit itu kalau pas jadi kiper, karena harus berusaha menangkis bola agar tak masuk gawang," ujar Syifa. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini