Menjelang Ramadan, warga Surabaya selalu menyambangi makam orang tua hingga kerabat yang meninggal. Tradisi ini biasanya disebut dengan nyekar. Tak hanya menjelang ramadan, nyekar juga dilakukan sebelum Hari Raya.
Nyekar sendiri merupakan tradisi berziarah ke makam orang tua, kakek nenek, buyut hingga sanak saudara yang sudah meninggal. Saat nyekar, masyarakat juga membawa bunga untuk ditaburkan di atas makam. Selain itu, masyarakat juga memanjatkan doa untuk jasad keluarga dan membersihkan malam.
Salah satu yang selalu menyempatkan diri untuk nyekar yakni Susi Lestari. Warga Nginden ini mengaku tradisi nyekar memang selalu diajarkan bapak dan ibunya. Kini, dengan mengajak kedua anaknya, Susi menyambangi makam orang tuanya.
"Setiap tahun saya selalu nyekar kalau mau puasa sama lebaran, kadang setiap Kamis malam Jumat juga. Dulu sering diajak bapak ibu, sekarang ngajari ini ke anak juga," kata Susi di TPU Ngagel Surabaya, Minggu (5/5/2019).
![]() |
Sementara itu, salah satu penjual bunga Lilis S Retno mengatakan hari ini cukup ramai. Lilis melihat banyak masyarakat yang nyekar ke leluhur dalam seminggu terakhir, namun puncaknya memang di hari ini.
Tak hanya itu, Lilis juga mengaku hanya berjualan bunga musiman saja. Biasanya, dia berjualan saat menjelang ramadan dan jelang hari raya. Omzetnya pun mencapai Rp 600 ribu.
"Hasilnya buat tambahan di hari raya nanti. Omzetnya lumayan sekitar 600.000 sehari dari jualan kembang tabur," ungkap Lilis.
Selain Makam Ngagel, makam-makam lain di Surabaya juga dijubeli oleh warga yang nyekar. Makam Mbah Ratu, Rangkah, Tembok, dan makam-makam lain juga ramai oleh para peziarah. Di dekat makam-makam tersebut, para penjual bunga pasti terlihat mengais rezeki dari tradisi tahunan ini. (hil/iwd)