"Ini karena itu kebetulan tanggal 27 itu ada coblosan ulang kita akan mendampingi dengan petugas kesehatan dari awal. Sekarang ini petugas kesehatan ini lagi berputar untuk ngontrol seluruh petugas KPPS dan PPK," kata Risma usai takziah di rumah duka di Tambaksari, Kamis (25/4/2019).
Selain mempersiapkan tenaga medis, lanjut Risma, pihaknya juga akan memberikan makanan. Meski begitu, ia mengakui bahwa tugas KPPS memang berat sehingga banyak yang jatuh sakit dan meninggal.
"Makanan juga sudah ada. Tapi memang itu kan berat (tugasnya). Itu buka gambar (surat suara) itu kayak senam gitu kan. Lima kertas surat suara terus lebarnya segitu," tambah mantan kepala Bappeko.
Saat ditanya apakah Pemilh harus dipisah lagi, Risma menjelaskan tidak paham dengan persoalan tersebut. Namun, ia mengaku telah komunikasi ke KPU jika petugas memang bisa digantikan selama proses pemungutan dan penghitungan suara.
"Ya saya nggak ngerti. Tapi yang jelas mungkin ada perbedaan. Tapi kan saya ndak tahu ndak mendalami," ujar Risma.
"Tapi tadi saya sudah komunikasi ke pak Bakesbang, komunikasi dengan KPU, kalau kan semisal kemarin ada direkomendasikan oleh puskesmas untuk istirahat. Tapi kan tetap memaksakan," tambahnya.
Untuk itu, ia mengimbau kepada para petugas KPPS jika mengalami kelelahan atau sakit saat proses pemungutan dan penghitungan suara agar tidak memaksakan diri. Karena ia tidak ingin korban jiwa terus berjatuhan selama gelaran Pemilu.
"Saya ingin sampaikan kondisinya itu saya minta pergi ke rumah sakit kita yang barat seperti BDH (Bakti Darma Husada) tapi kita sudah siap semua atau pergi ke puskesmas atau ke rumah sakit," ucap Risma.
"Kedua kalau memang tidak kuat jangan dipaksakan. Tadi saya sudah konsultasi dengan KPU itu boleh digantikan. Jadi kalau petugas KPPS ada 5 bisa ganti yang satunya" pungkasnya. (iwd/iwd)