"Yang Bu Gun kecelakaan, saya anggap saja kecelakaan karena kita tidak menganggap ini penganiayaan, nggak. Karena untuk anak usia SD kita tidak bisa mengatakan dewasa," kata salah satu guru di SDN I Balongsari Munari kepada detikcom, Selasa (24/4/2019).
Munari kemudian menuturkan, kejadian itu berawal dari kegiatan memperingati Hari Kartini di sekolahnya. Namun salah seorang siswa berinisial PP tidak mau memakai baju daerah seperti siswa pada umumnya. Ia malah mengajak dan meminjami pakaian kepada adik kelasnya YS untuk ikut memakai apa yang dipakai.
"Waktu itu Hari Kartini itu kan anak-anak disuruh memakai baju ala Kartini paling tidak baju daerah lah. Yang namanya PP ini karena dari latar belakang keluarga yang kurang perhatian orang tuanya. Kalau anak kurang perhatian keluarga otomatis ingin menunjukKan jati dirinya pokoknya ingin tampil beda agar dapat perhatian. Akhirnya dia berpenampilan ala-ala anak punk dan pakai rantai di celana," imbuhnya.
"Nah saat itu, PP juga ngajak adik kelasnya namanya YS. Si YS ini akhirnya mau diajak berpenampilan sama kayak anak punk dengan celana sobek-sobek di atas lutut dan pakai rantai juga. PP ini meminjami baju punk ke YS kelas 5 disuruh makai. Tapi YS ini lebih heboh penampilannya karena celananya sobek di atas lutut dan ditambahi rantai juga di celananya," tambahnya.
Melihat penampilan YS seperti itu, Gunawati Suwito kemudian menegur dan menyuruh YS untuk mengganti pakaian daerah. Setelah itu pakaian yang dipakai YS kemudian di sita sementara.
"Ibu (kepala sekolah) tahu kalau si YS pakai baju sama seperti PP. Kemudian dipanggil. Sama ibu kemudian diambil rantainya dan disuruh ganti bajunya. Ya karena nggak pantas. Saat mau pulang baju dan rantainya dikembalikan lagi ke YS," paparnya.
Saat pulang inilah, PP kemudian mengetahui YS memakai baju daerah. PP kemudian bertanya siapa yang menyuruh ganti dan menyita pakaiannya. Tanpa sempat dijelaskan YS, PP kemudia emosi dan melabrak kepala sekolah.
"Ketika YS pulang di depan sekolah ditanya PP tanya baju dan rantainya mana. Nah YS yang belum bilang ini rantainya sudah di saya dan terlanjur emosi. Kemudian PP ini mendatangi Bu Gun waktu itu pembagian hadiah doorprize di panggung. Banyak wali murid juga waktu itu. Kemudian PP naik panggung dan marah-marah serta menuding-nuding ibu. Kemudian PP ini kita redam si PP kita amankan ke belakang," ungkap Munari.
"Setelah diamankan, ibu niatnya mendatangi PP waktu itu. Lah ketika didatangi, PP waktu itu mungkin masih emosi, pas dipegang kepalanya gitu, PP ini meronta dan kakinya nggak sengaja nendang kena badannya ibu. Ibu ini sudah tua dan ditendang anak sebesar itu langsung jatuh. Nah ketika jatuh itu tangannya yang kanan nahan pergelangan patah," lanjutnya.
Melihat kepala sekolah terjatuh dan mengakibatkan patah tulang, pihak sekolah kemudian melarikannya ke rumah sakit setempat. Dari situ pihak sekolah kemudian mencoba menghubungi orang tua PP dan memberitahukan peristiwa yang terjadi.
"Setelah itu ibu langsung dilarikan ke RS . Dan kemudian hubungi orang tuanya. Dan saya juga temui orang tuanya sendiri dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Namanya orang tua juga kecewa ya prihatin lah orang tuanya," beber Munari.
"Alhamdulillah orang tuanya dan PP serta kakaknya hadir dan meminta maaf dengan segala kerendahan hati kepada ibu. Alhamdulillahnya lagi ibu mau menerima ikhlas memaafkan," jelasnya.
Menurut Munari, kejadian penendangan kepala sekolah itu terjadi pada tanggal 18 April. Dan malamnya keluarga dan PP langsung ke rumah sakit dan meminta maaf. Bahkan PP diketahui sampai sujud di kaki kepala sekolah. Masalah selesai secara kekeluargaan.
"Ya saat di rumah sakit itu sudah selesai semua permasalahannya karena sudah saling maaf-memaafkan. Itu malamnya langsung ke rumah sakit," ucapnya.
"Hanya di media-media sosial itu dibesar-besarkan. Itu loh yang saya sesalkan. Jadi itu informasi sebenarnya. Jadi intinya tidak ada hubungan yang saya berbicara dengan RA (di video yang viral) dengan penendangan tapi oleh medsos dipelintir dijadikan satu paket (masalah)," pungkasnya.
Sebelumnya, video viral yang berdurasi 2 menit 54 detik itu dikait-kaitkan dengan aksi penendangan siswa berinisial RA yang ada dalam video. Dalam video tersebut RA menolak rencana guru yang akan memanggil orang tuanya. Ternyata orang tua RA hendak dipanggil bukan karena siswa yang bersangkutan menendang kepala sekolah, tapi karena ia ketahuan membawa rokok ke sekolah. (sun/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini