Kemeriahan pecah saat ratusan warga mulai mengerumuni tumpeng tempe raksasa setinggi 12 meter dengan diameter 6 meter itu. Tempe yang disusun membentuk sebuah menara kerucut itu dibuat dari satu ton kedelai.
Dalam hitungan menit, tempe dalam tumpeng raksasa itu ludes. Sejumlah warga memanjat menara tempe tersebut kemudian membagikannya pada ratusan warga dengan cara dilemparkan dari atas.
"Selain berebut tumpeng tempe raksasa, warga juga berebut tumpeng dari hasil bumi para petani, seperti buah-buahan dan sayuran," kata Kepala Desa Sendengan Mijen Hasanudin kepada wartawan di lokasi, Jumat (12/4/2019).
![]() |
Menurutnya, Tradisi Ruwat Desa rutin digelar setiap tahun sebagai budaya yang telah diwariskan leluhur. Kemudian setiap tahunnya, tinggi tumpeng tempe yang disajikan terus bertambah.
"Rencana Insya Allah untuk tahun depan diperkirakan setinggi 30 meter," tambah Hasanudin.
Hasanudin menjelaskan, tradisi tersebut digelar sebagai bentuk penghormatan para leluhur yang dulu babad alas di desa tersebut. Selain itu, tradisi tersebut juga menjadi ajang sedekah.
"Sementara itu tumpeng tempe raksasa itu merupakan ikon Desa Sedengan Mijen, karena warga desa ini dikenal sebagai penggrajin tempe," imbuhnya.
Senada dengan sang kades, seorang warga Romlah (52) juga berharap acara Ruwat Desa itu tetap lestari. "Senang Mas, kami bersama dua anak kami mendapatkan tempe yang cukup lumayan banyak. Semoga tahun depan kegiatan ini selalu diadakan," pungkas Romlah. (sun/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini