Mereka membawa makanan yang ditempatkan di batang pisang atau yang biasa disebut ingkung. Ada pula yang membawa tumpeng lengkap dengan lauk pauknya. Usai semua makanan terkumpul, warga pun bersama-sama pergi ke sudut sawah.
Dalam arak-arakan, kepala desa bersama sesepuh memimpin rombongan yang membawa hasil bumi dan sesaji. Pada barisan belakang nampak ratusan warga yang mengikuti hingga ke lokasi yang ditunjuk.
Sesampai di lokasi, ingkung dan tumpeng ditempatkan di tengah sembari dikelilingi warga yang duduk melingkar.
Di sekeliling tampak lahan padi yang sudah mulai menguning. Sesepuh desa melakukan ritual wiwit metik atau yang disebut dengan panen pertama.
![]() |
"Namanya boyong mantenan," tutur Penggiat Budaya Purbo Sasongko saat ditemui di lokasi, Jumat (12/4/2019).
Setelah digelar ritual boyong mantenan, warga menggelar kenduri atau doa bersama sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang aman dari serangan hama maupun bencana banjir.
"Dalam upacara ini juga ada prosesi tarian "umbul dungo' yang menggambarkan bapak tani yang menghalau hama," imbuhnya.
Ia menjelaskan ini juga sebagai bentuk ikhtiar menjadi 'dewi sri atau dewi padi' agar selalu terbebas dari serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi.
Kepala Desa Glinggang Riyanto menambahkan rangkaian acara itu dikemas dengan nama Festival Glinggang Village. Acara tersebut merupakan yang ketiga kali digelar. Tahun ini spesial karena ada 200 ingkung yang dipersiapkan warga.
"Semoga tradisi seperti ini tetap lestari agar para petani padi memiliki hasil panen yang melimpah dan berkah," pungkasnya. (sun/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini