Kasihan, Tubuh Balita di Mojokerto Ini Kurus dan Kaku Mirip Boneka

Kasihan, Tubuh Balita di Mojokerto Ini Kurus dan Kaku Mirip Boneka

Enggran Eko Budianto - detikNews
Selasa, 09 Apr 2019 17:53 WIB
Tubuh balita kaku mirip boneka/Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto - Nasib Ahmad Fajar tidak seberuntung balita pada umumnya. Tubuh bocah berusia 4 tahun ini kaku seperti boneka. Berat badannya pun hanya 5,5 Kg.

Tubuh Fajar terbujur kaku di pangkuan neneknya, Asmiatun (49). Kedua kaki dan tangannya hanya tinggal tulang dan kulit karena saking kurusnya. Jemari kedua tangannya terus menggenggam.

Hanya bagian leher Fajar yang masih bisa ditekuk. Itu pun lehernya harus disangga dengan tangan sang nenek agar kepalanya tidak menengadah. Kondisi tubuhnya yang kaku seperti boneka membuat Fajar tak bisa bergerak maupun duduk.

"Tubuhnya kaku semua," kata Asmiatun saat berbincang dengan wartawan di rumahnya, Dusun Jatikumpul, Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Selasa (9/4/2019).

Asmiatun mengatakan, Fajar mulai mengalami kelainan sejak ditinggal mati oleh ibunya. Mendiang Yunita meninggal pada 2016 akibat infeksi paru-paru. Saat itu Fajar baru berusia 18 bulan. Sejak saat itu, Fajar dan kakaknya, Galih (12) dirawat oleh Asmiatun. Ayah Fajar hanya sesekali membesuk sambil memberi uang untuk membeli susu.


Sebelum sekujur tubuhnya kaku, lanjut Asmiatun, tak ada gejala aneh yang dialami Fajar. Selain itu, berat badan anak ke dua dari dua bersaudara pasangan almarhum Yunita dan Rifai itu, terus menurun. Padahal semasa hidup Yunita, tubuh Fajar masih terlihat normal.

Seperti dalam foto kenangan yang dipasang di dinding ruang tamu rumah Asmiatun, tubuh Fajar di gendongan ibunya terlihat gemuk. Saat itu usia Fajar masih 15 bulan. Persendiannya pun masih normal. Hanya saja Fajar tak bisa menyangga lehernya sendiri.

"Sekitar tujuh bulan yang lalu saya timbang masih 8 kilogram, sekarang turun jadi 5,5 kilogram," ujarnya sambil melihat jarum pada timbangan badan yang dia pinjam dari tetangga dekatnya yang berprofesi sebagai bidan.

Kendati begitu, Asmiatun mengaku belum pernah sekali pun membawa Fajar berobat ke dokter. Keterbatasan ekonomi membuat dirinya tak bisa berbuat banyak. Sang suami, Jumbadi (54) hanya buruh tani yang nyambi sebagai pemulung. Kondisi itu diperparah dengan Fajar yang sampai saat ini belum tercatat sebagai penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS).


"Saya hanya merawat cucu saya. Jadi, mengandalkan penghasilan suami rata-rata Rp 400 ribu seminggu. Hanya cukup untuk makan," terangnya.

Oleh sebab itu, Asmiatun hanya bisa menduga-duga terkait penyebab kesehatan Fajar yang semakin memburuk. Menurut dia, cucu keduanya itu mengalami kelainan sejak lahir. Fajar lahir secara normal di RSU dr Soetomo, Surabaya karena air ketuban ibunya lebih dulu pecah dan keruh.

"Fajar saat lahir dirawat sekitar 19 hari di rumah sakit dr Soetomo karena tidak bisa menangis. Saat itu kata dokter keracunan air ketuban, syarafnya ada yang terganggu," ungkapnya.

Kini untuk makan, Asmiatun menyuapi Fajar dengan bubur. Karena mulut cucunya itu tak bisa mengunyah makanan. Dia juga mengaku rutin memberikan susu formula kepada Fajar.

Sampai saat ini, tak satupun perwakilan Pemkab Mojokerto maupun Dinas Kesehatan mengecek kondisi Fajar. Asmiatun sendiri masih enggan mengurus KIS untuk Fajar. Meski begitu, dia berharap cucunya itu bisa hidup normal seperti balita pada umumnya.

"Hanya bidan desa kadang-kadang ke sini memberi biskuit atau susu," tandasnya. (fat/bdh)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.