Tradisi ini kembali digelar oleh masyarakat dengan tema 1.000 Ancak Rajabiyah dan 1.000 koin Lazisnu. Hadir dalam acara tersebut, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Ketua PCNU Banyuwangi KH Ali Makki Zaini, Selasa malam (2/4/2019).
Ancak adalah tempat nasi dari pelepah pisang yang berbentuk persegi. Dalam nasi ancak ini, terdapat lauk pauk dan sayur. Nasi ancak kemudian di dimakan bersama, dengan komposisi satu ancak dimakan 3 sampai 4 orang.
"Tempat asal ancak itu di Karangrejo. Dahulu memang setiap perayaan hari besar Islam selalu menggunakan ancak. Namun, sudah lama kita sudah tinggal. Kita hidupkan kembali," ujar Samsul Huda, Tokoh masyarakat setempat kepada detikcom, Selasa (2/4/2019).
Nasi ancak itu, kata Samsul, memiliki filosofi kesetaraan. Dirinya mencontohkan makan nasi ancak sama seperti salat. Tidak ada perbedaan manusia dalam salat. Semuanya setara.
"Makanya makan nasi ancak itu sama. Tidak ada namanya Bupati atau yang lain. Ya sama lah," tambahnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, kesadaran masyarakat kota untuk kembali melestarikan tradisi mulai muncul. Dirinya mengapresiasi hal tersebut. Kegiatan tradisi lokal akan terus berkembang asal masyarakatnya peduli.
"Berbagai program pemerintah kembali untuk rakyat. Dan saat ini, masyarakat dengan sadar mengingat kembali tradisi lama dan diusulkan kembali," ujarnya.
Anas mengaku saat ini ada lebih dari 120 Festival yang digelar selama setahun. Sebagian besar adalah tradisi masyarakat yang tetap dilestarikan.
"Kami berharap daerah lain juga meniru dengan memunculkan tradisi lain juga. Banyuwangi ini sangat kaya dengan tradisi dan penyelamat tradisi ini adalah masyarakat sendiri," pungkasnya. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini