Sumarsi memanfaatkan sampah plastik bungkus kopi berbagai merek. Sampah tersebut ia daur ulang menjadi aneka kerajinan tangan. Seperti tas, tempat tissue, tutup galon air mineral, taplak meja, tas laptop, dompet dan berbagai jenis tas wanita.
Tujuan utama kegiatan daur ulang yang ia lakukan yakni untuk mengurangi jumlah sampah plastik. Selain itu, daur ulang tersebut juga menjadi karya yang bernilai dan mampu menghasilkan uang.
Baca juga: Warga Banyuwangi Diajak Diet Kantong Plastik |
"Berawal melihat sampah plastik kemasan kopi dari warkop-warkop yang bertebaran di jalan-jalan. Kemudian mencoba kami lipat-lipat dan di buat dompet, alhamdulillah berhasil," kata Sumarsi kepada detikcom di rumahnya, Senin (18/3/2019).
Setelah berhasil membuat dompet, beberapa hari kemudian membuat taplak meja, tempat tissue, tas laptop dan berbagai jenis tas wanita. Mengenai bahan baku, Sumarsi mengaku tidak ada kendala.
"Kami mendapatkan bahan baku tidak ada kendala. Yakni dengan cara mendatangi warkop-warkop di pinggir-pinggir jalan. Kemasan kopi berbagai merek tersebut kami beli per tas kresek ukuran besar seharga Rp 5 ribu," tambah Sumarsi.
Setelah mendapatkan bahan baku kemudian dilipat-lipat sesuai ukuran dan dianyam sesuai bentuknya. Tidak jarang, Sumarsi dan emak-emak lainnya membuat karya yang menyesuaikan pesanan.
"Setelah bahan baku dipilah disesuaikan dengan warna, kemudian dilipat. Selanjutnya disusun dan bisa dibuat beberapa jenis item dan juga sesuai dengan bentuk pemesanan," ujar Sumarsi.
Hingga saat ini hasil karya Sumarsi belum dipasarkan di mal dan supermarket karena terbatasnya dana promosi. Aneka karya daur ulang itu baru dipasarkan secara online. Ia berharap instansi terkait dari Pemkab Sidoarjo memperhatikan dan membantu pemasaran hasil karyanya itu.
Hasil kerajinan seperti tempat tissue dijual dengan harga Rp 25 ribu. Sedangkan tutup galon air mineral Rp 60 ribu. Taplak meja Rp 50 hingga Rp 60 ribu. Tas laptop Rp 80 hingga Rp 90 ribu. Kemudian tas wanita dengan berbagai bentuk dan ukuran berkisar antara Rp 75 hingga Rp 150 ribu.
"Hingga saat ini pembelinya masih dari lokal Jawa Timur. Meskipun begitu kami mampu membantu tetangga kanan kiri rumah yang nganggur. Untuk omzet bersih per bulan masih minim hanya Rp 3,5 juta, tapi kami bangga mampu memberikan kesibukan dan rejeki ke emak-emak yang tidak memiliki kesibukan," pungkas Sumarsi. (sun/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini