"Situs ini bisa menjadi bahan tambahan literasi akademis mengungkap masa lampau. Karena tidak pernah kami temukan dalam penggalian sebelumnya," kata arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho ditemui di lokasi penggalian, Minggu (17/3/2019).
Selama penggalian yang sudah berlangsung lima hari, arkeolog telah menemukan empat titik tatanan batu bata yang terpisah. Akan tetapi, tatanan batu bata diyakini berada dalam suatu kawasan atau kompleks.
Sejauh ini, satu tatanan dengan susunan batu bata lain belum bisa teridentifikasi. Arkeolog terus mengikuti alur dari tatanan batu bata yang terus mengarah ke arah barat laut dari titik awal penggalian. Radius penggalian sampai hari kelima ini terus meluas sampai 25 meter.
Tentunya keberadaan situs berada tepat di bawah ruas sisi barat jalan tol Pandaan-Malang di Km 37+700. "Radius penggalian memang terus meluas, sekarang sudah 25 meter dari titik awal. Bisa jadi akan terus bertambah, berdasarkan dari hasil cukup signifikan selama proses penggalian ini," imbuh Wicaksono.
Ia menambahkan, dalam sejarah penggalian BPCB Jawa Timur tak pernah menemukan pola seperti yang terungkap pada situs Sekaran. Bentuk dari ukuran batu bata juga tak pernah ditemui pada situs Trowulan di Mojokerto.
"Ini tidak pernah kita temukan selama penggalian sebelumnya. Kami memperkirakan situs ini adalah desa kuno pra Majapahit," imbuhnya.
Perkembangan cukup signifikan terus didalami para arkeolog termasuk mengupas teka-teki situs Sekaran yang berada di Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang itu.
"Kompleks tatanan batu bata ini dari situs Sekaran bagian depan mengarah ke Gunung Semeru (timur) dan belakang ke arah barat laut yakni Gunung Kawi. Ini bisa menjadi kajian dalam proses penggalian nantinya," tutur Wicaksono.
Menurutnya, sejumlah susunan batu bata yang ditemukan selama penggalian tak semuanya utuh. Ada beberapa bagian yang rusak atau porak-poranda. Hal ini diduga karena adanya aktivitas sebelumnya.
Seperti cerita warga setempat, jika dulunya area situs pernah dijadikan lahan pertanian, namun gagal dan dibiarkan begitu saja. Arkeolog juga tak menemukan kerusakan situs, karena dampak bencana.
"Pasir vulkanik tak kita temukan selama penggalian, retakan karena gempa juga belum. Bisa situs rusak karena dibiarkan setelah ditinggalkan pada masa itu, bisa karena adanya perang antar kerajaan," beber Wicaksono.
Dia menduga kawasan situs Sekaran merupakan desa kuno yang dipimpin seorang pemangku setaraf Bree, yang memiliki sebuah wilayah kekuasaan lengkap dengan pusat pemerintahan, tempat peribadatan sekaligus petirtaan serta pemukiman lain.
"Tentunya untuk memastikan kita membutuhkan penggalian sampai tuntas yakni pada 21 Maret nanti. Sekaligus mengungkap apa sebenarnya situs ini," pungkasnya.
Tonton juga video Petirtaan Kuno Ditemukan di Tengah Proyek Tol Pandaan-Malang:
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini