Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jatim Nadjib Hamid mengatakan apa yang dilakukan Ustaz Supriyanto bukanlah kampanye. Nadjib pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dari keterangan saksi di Banyuwangi.
"Informasi yang saya terima dari kawan-kawan di sana, itu bukan kampanye. Ada relawan dari pasangan capres yang mampir salat di sana. Lalu, usai salat zuhur sang imam diminta untuk memberi tausiah untuk memotivasi para relawan itu, gitu. Dia lakukan itu secara spontan," papar Nadjib saat ditemui di Kantor PW Muhammadiyah Jatim di Jalan Ahmad Yani Surabaya, Rabu (13/3/2019).
Nadjib juga menyebut Ustaz Supriyanto dirasa tak memahami aturan KPU yang melarang kampanye di masjid. Apa yang diucapkan Supriyanto hanyalah sebuah spontanitas karena bertemu rekan yang memiliki kesamaan pilihan dalam dukungan ke Pilpres 2019.
"Karena habis salat, mungkin dia ndak paham materi itu boleh dan tidak dalam standar KPU atau aturan main pemilu. Saya kira hanya itu, karena saking semangatnya saja. Tidak ada desain untuk kampanye di masjid dan lain sebagainya," lanjutnya.
Sementara itu, Nadjib menganggap apa yang dilakukan Ustaz Supriyanto merupakan sebuah kekhilafan. Untuk itu, dia ingin mengajak masyarakat memaafkan Ustaz Supriyanto.
"Maka kalau itu dianggap khilaf kita mintakan maaf pada pihak-pihak yang terganggu. Di Muhammadiyah ini kan gampang, kalau diketahui ada kekhilafan dalam perilakunya ya kita sampaikan bahwa itu khilaf, ditegur dan itu tidak diulang lagi," imbuh Nadjib.
Dalam informasi yang beredar, disebutkan bahwa Ustaz Supriyanto merupakan salah satu Ketua PC Muhammadiyah di Banyuwangi. Jika dari informasi yang beredar, Nadjib pun membenarkan. Namun pihaknya akan mengecek ulang SK Supriyanto.
"Saya belum mengecek SK-ya, jadi informasi yang kita dapat begitu. Nanti coba kita cek lagi melalui SK yang dikeluarkan pimpinan daerah, karena pimpinan cabang itu oleh pimpinan daerah," pungkasnya. (hil/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini