Mereka tertarik dengan penataan mega landscape industri pertambangan. Mereka diajak turun langsung ke lokasi, melihat dari dekat penambangan terbesar kedua setelah Freeport tersebut.
Matthew Prior, Kepala Divisi Arsitektur Lansekap, Fakultas Arsitektur, Hongkong University mengatakan, rombongan yang dia pimpin berisi 36 mahasiswa Pasca Sarjana Hongkong University jurusan Landscape Arsitektur. Sesuai jenjang pendidikan yang diambil, PT BSI adalah salah satu tujuan penting study tour di Banyuwangi ini.
"Karena dalam industri pertambangan sudah pasti dilakukan perombakan Landscape besar-besaran. Dan itu sangat penting untuk memperkaya wawasan para mahasiswa. Seperti kita tahu, pada industri tambang terdapat perubahan landscape, baik sosial, budaya maupun kemasyarakatan," jelas pria yang juga Kaprodi Landscape Arsitektur Hongkong University ini.
"Disini masyarakat terlihat lebih bahagia dan bisa menerima kehadiran pembangunan, berbeda dengan masyarakat Hongkong, disana memang lebih maju, namun masyarakat terlihat cukup tertekan," tambah Prior.
Foto: Ardian Fanani |
Sementara itu, Manajer Corporate Communications PT BSI, Teuku Mufizar Mahmud, menyambut baik kunjungan mahasiswa S2 Hongkong University tersebut. Terlebih kedatangan mereka juga membawa misi riset dan penelitian.
"Ini adalah study tour mahasiswa asing yang pertama, namun pada dasarnya kita sangat terbuka, baik untuk mahasiswa lokal maupun asing, apalagi untuk riset," kata Mufi.
Selain sebagai wujud keterbukaan informasi, sambungnya, tour tambang adalah wahana sosialiasi langsung terkait proses pertambangan PT BSI. Termasuk dalam pengelolaan limbah maupun rencana reklamasi.
"Dan dari study tour ini mereka bisa mengetahui langsung bahwa industri pertambangan mampu memberi manfaat pada masyarakat," ungkapnya.
"Tentang bagaimana percepatan pembangunan, peningkatan kesejahteraan serta imbas positif lainya pasca keberadaan tambang emas PT BSI di Banyuwangi," imbuh Mufi.
Diharapkan, hasil riset para mahasiswa S2 Hongkong University ini bisa menjadi bahan referensi tata kelola pertambangan. Baik ditingkat regional, nasional maupun dunia internasional. (sun/bdh)












































Foto: Ardian Fanani