"Kami serasa disuguhkan suasana Bali di Desa Balun. Karena kami bisa melihat pawai ogoh-ogoh yang biasanya hanya bisa dinikmati di Bali," kata seorang pengunjung yang berasal dari Kecamatan Glagah, Afifah, Rabu (6/3/2019).
Delapan ogoh-ogoh yang diarak keliling desa menjadi hiburan dan pemandangan yang menarik bagi para pengunjung. Kemudian di desa tersebut, pengunjung juga dapat menikmati potret kerukunan beragama. Di tempat berjuluk Desa Pancasila itu terdapat tiga tempat ibadah berbeda Yakni masjid, pura dan gereja.
Ogoh-ogoh yang sebelumnya diarak kemudian diletakkan di depan Pura Sweta Mahasuci. Sejumlah pengunjung yang datang membawa smartphone memanfaatkan momen tersebut untuk berswafoto.
"Penasaran dengan cerita tentang desa ini yang dikenal dengan desa Pancasila dan ingin menyaksikan pawai ogoh-ogoh yang seperti ada di Bali," imbuh Afifah.
Dalam pawai ogoh-ogoh kali ini, Umat Hindu Desa Balun membuat 8 ogoh-ogoh. Tiga di antaranya merupakan sumbangan dari pemuda Islam, Nasrani dan satu lagi dari Paguyuban LA Mania Balun Raya.
"Menarik dan bisa menikmati suasana Bali ketika menggelar pawai ogoh-ogoh," kata pengunjung lainnya, Mariati.
![]() |
Ratusan penonton tumpah di sepanjang jalan. Mereka menyaksikan pawai tersebut sambil sesekali menyempatkan diri untuk berswafoto.
"Ternyata di Lamongan, di Desa Balun ini, kita bisa menikmati pawai ogoh-ogoh yang menjadi semacam hiburan bagi warga dan pengunjung lainnya," tambah Mariati.
Pawai ogoh-ogoh semakin semarak dengan diiringi musik gamelan Bali. Tidak hanya itu, alunan musik gamelan tersebut juga menambah nuansa bali kian terasa di desa itu.
Menariknya, para penabuh gamelan Bali tersebut tidak semuanya Umat Hindu. Tapi ada satu kelompok di antara mereka yang tidak merayakan Nyepi.
Sambil membentangkan spanduk berisi ajakan untuk melestarikan seni Barongan, mereka menabuh gamelan-gamelan itu mengiringi pawai ogoh-ogoh. "Ini memang niat dari kami untuk membangun Desa Balun. Terbentuk satu tahun yang lalu, dan berpartisipasi dalam perayaan Nyepi ini. Namanya karawitan Panjak Telaga Biru asli dari Desa Balun," kata salah satu penabuh gamelan, Hesti Apriliawati.
Kepala Desa Balun, Kusyairi menyampaikan bahwa Desa Balun dihuni oleh lebih dari 4 ribu warga. Yang terdiri dari 3 penganut agama dan hidup berdampingan secara damai.
"Semoga kedamaian yang ada di desa ini bisa tetap lestari," kata Kusyairi usai memberangkatkan pawai ogoh-ogoh di depan Pura Sweta Mahasuci. (sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini