Itulah yang dikatakan oleh Didik Hariono (44), asal Kediri yang menjadi korban bom aksi terorisme JW Mariot 5 Agustus 2003 silam. Didik yang hadir di acara yang digelar di Masjid Baitul Muttaqin ini mengatakan, akibat bom itu ia mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuh dan luka bakar yang cukup parah.
Didik mengaku akibat terkena bom itu ia harus menjalani perawatan berkali-kali sampai beberapa tahun. Ketika itu, Didik bekerja di sebuah perusahaan yang letaknya berdekatan dengan lokasi kejadian.
"Harus sabar, ikhlas dan pandai bersyukur. Itu yang saya lakukan hingga kini," kata Didik bersama 105 orang lainnya itu, Selasa (26/2/2019).
Didik mengatakan melalui perjalanan panjang serangkaian operasi dan pengobatan, akhirnya ia bisa sembuh meski banyak bekas luka bakar yang membuat tubuhnya pulih seperti sediakala. Setelah sembuh, Didik kemudian memutuskan untuk pulang ke Kediri. Didik yang terluka parah akibat bom JW Mariot ini mengaku tidak merasa sakit hati, apalagi balas dendam.
"Saya tidak mau membalas kekerasan dengan kekerasan dan saya juga sudah memaafkan para pelaku. Hikmah yang bisa saya petik adalah saya bisa mengambil hikmah yaitu bersabar, ihklaslah dan pandailah bersyukur," ujar Didik bersaksi di hadapan sekitar 50 peserta pengajian yang setelah sembuh bahkan beraktivitas di YLP pimpinan Ustaz Ali Fauzi.
Didik menuturkan ia bergabung dengan YLP untuk mengambil hikmah atas peristiwa yang ia alami. Bahkan, tak ada aroma dendam sedikitpun dalam kata-kata yang ia sampaikan di hadapan peserta pengajian itu.
"Saya mengambil hikmahnya dengan bergabung membantu YLP," jelasnya.
Sementara itu, Ketua YLP, Ali Fauzi yang juga mantan kombatan dan dikenal juga sebagai mantan instruktur perakitan bom mengungkapkan, pelaku bom di JW Mariot adalah Dewi Permana dan Maulana yang juga dikenal oleh sebagian besar mantan napiter anggota YLP. Ali Fauzi mengaku membawa Didik ke tengah-tengah jamaah pengajian yang rutin digelar setiap bulan ini agar bisa memberikan kesaksian dan mampu mempertebal kesadaran bagi para mantan teroris setelah mendengar testimoni korban.
"Didik adalah salah satu korban dari aksi bom dimana masih banyak lagi korban-korban yang lain yang sekarang mengalami kesusahan cacat permanen dan hidupnya berantakan. Namun luar biasa, para korban ini sekarang bergabung bersama kita di YLP dengan sangat Ikhlas bisa memaafkan," kata Ali yang berharap agar semua para mantan pelaku teroris untuk bersama-sama memperbaiki diri dengan menjadikan korban bom kejahatan teroris seperti Didik sebagai pembelajaran bersama.
Ali Fauzi juga mengajak agar semuanya bisa menahan diri, terutama di tahun politik ini untuk tetap dingin dengan saling menghargai pilihan orang lain.
"Jangan menjadikan Indonesia tercinta ini menjadi Syiria," ungkap Ali Fauzi.
Kapolres Lamongan, AKBP Feby DP Hutagalung yang diwakili oleh Kompol Shodikin menyampaikan, apa yang dilakukan oleh YLP ini akan sangat bermanfaat bagi semuanya. Polisi, kata Shodikin, yang datang juga berkesempatan untuk menimbah ilmu bersama. (fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini