Kapolsek Perak AKP Untung Sugiarto mengatakan, tewasnya Saruwi pertama kali diketahui Anah Diyanti (32), putri kandung korban. Tak seperti biasa, korban sekitar pukul 07.00 WIB tak berada di kamar rumahnya.
Anaknya pun mencari ayahnya sampai ke belakang rumah. Dia sontak histeris begitu melihat Saruwi sudah tak bernyawa di dalam kandang sapi.
Leher korban tergantung pada seutas tali tampar warna biru yang diikat ke balok kayu di bagian atap kandang. Korban masih memakai baju warna kuning dan celana pendek warna cokelat. Sebuah balok kayu setinggi 60 Cm digunakan korban sebagai pijakan untuk gantung diri.
"Tetangga korban lalu berdatangan membantu memindahkan jenazah korban ke ruang tamu," kata Untung kepada wartawan, Kamis (31/1/2019).
Insiden ini lantas dilaporkan warga ke Polsek Perak. Petugas yang datang ke lokasi bersama dokter Puskesmas Perak pun memeriksa kondisi Saruwi.
"Hasil visum menunjukkan korban meninggal karena gantung diri, tidak ada bekas penganiayaan, hanya bekas jeratan tali pada leher," terang Untung.
Untung menjelaskan, Saruwi nekat gantung diri karena mengalami depresi. Tekanan batin itu dirasakan korban karena sakit asma yang diderita selama bertahun-tahun tak kunjung sembuh.
"Korban gantung diri karena sakit asma menahun, saking jengkelnya dia sakit tak sembuh-sembuh," ungkapnya.
Jenazah korban langsung diserahkan ke keluarganya untuk dimakamkan. Keluarga korban menolak untuk dilakukan autopsi lantaran insiden ini dianggap sebagai musibah.
"Keluarga korban menyadari kejadian tersebut adalah musibah dengan membuat surat pernyataan," tandasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini