Inilah yang dikupas dalam seminar nasional 'Melawan Lupa, Membaca jejak KKN orde Baru'. Seminar ini digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Untag 1945 Banyuwangi.
Seminar ini menghadirkan Dr. Ikhwan Setiawan S.s, MA, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember; Dr. Oce Madril, SH. MA., Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM; dan M. Il Badri, S.S, M.Hum, Dosen Sejarah Agraria Untag 1945 Banyuwangi.
Menurut Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM Oce Madril, orde baru adalah orde yang kontroversional. Terbukti dari pembagian kekuasaan yang dilakukan oleh orde baru memunculkan eksekutif sebagai lembaga super power. Padahal seharusnya pembagian kekuasaan rata yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
"Tetapi di orde baru tidak. Demi untuk memperkuat dan melanggengkan kekuasannya orde baru muncul kebijakan excecutif heavy, bureaucratic heavy, hingga kepres untuk melindungi semua itu. Dan yang terjadi di Orde baru lemahnya lembaga anti korupsi atau penindakan anti korupsi," ujar Oce, saat memberikan materi, Sabtu (12/1/2019).
Sementara itu, Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Andang Subahariyanto mengatakan saat ini mulai banyak orang menawarkan gagasan yang berkaitan dengan kehebatan orde baru. Hal ini menurutnya sah saja di alam demokrasi. Namun menurutnya perlu me-refresh pandangan masyarakat terkait orde baru.
Andang menyebut, para narasumber yang dihadirkan akan memberikan gambaran tentang orde baru dengan keahlian mereka masing-masing. Dr. Oce Madril, kata Dia, adalah ahli tentang korupsi yang bisa melihat orde baru dari keahliannya. Dr. Ikhwan seorang ahli yang menekuni soal politik media. Dan Il Badri adalah Dosen yang menekuni soal agraria.
"Karena orde baru itu luar biasa dalam menciptakan konflik-konflik agraria yang sangat masif dan luar biasa banyaknya," tegasnya.
Andang menyebut, seminar ini arahnya untuk memberikan wacana dan me-refresh bagi generasi yang pernah mengalami zaman orde baru. Sedangkan bagi generasi muda tujuannya untuk memberikan pencerahan.
"Sebab generasi yang sekarang jadi mahasiswa memang tidak pernah mengalamai situasi di masa orde baru. Karena mereka lahir pada era reformasi," tambahnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, memang ada kesuksesan pada zaman orde baru. Akan tetapi ada juga sisi yang begitu akrab dengan kekerasan, korupsi dan kolusi. Hal ini diharapkan menjadi perspektif bagi mahasiswa sekaligus sebagai bahan pembelajaran. Karena Mereka sering dengar tentang orde baru. Menurutnya, itu bukan hal baru kalau kita membaca literatur yang terbit tahun 90-an.
"Sudah banyak ditulis oleh para ahli," tegasnya.
"Bahwa negeri ini harus punya kemandirian pangan dan seterusnya, saya kira tidak ada yang menolak itu, tapi konteksnya harus bisa dibaca dengan kritis," pungkasnya. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini