Kakek yang belakangan diketahui bernama Askan (72) ini ditemukan sakit di sekitar Jalan Teratai samping SDK Gabriel Tambaksari, Rabu (21/3/2018).
"Kita temukan sekitar pukul 1-2-an (siang) dalam kondisi demam," ujar Tri Wahyudi, salah satu anggota karang taruna setempat.
Mereka lantas melaporkan kejadian ini ke pihak Kecamatan Tambaksari, sedangkan Askan dilarikan ke RSU Dr Soetomo. Namun ketika Tri bersama rekannya mencoba mencari identitas Asnan agar dapat menghubungi keluarganya, ia dibuat terkejut dengan temuan di bawah jok becak Askan.
Ia menemukan sebuah tas kresek yang berisi ratusan uang pecahan Rp 2.000 hingga Rp 100.000 yang digulung dan diikat karet gelang. Setelah dihitung oleh pihak kecamatan, jumlahnya cukup fantastis, yaitu mencapai Rp 48.970.000.
![]() |
Di rumah sakit, Askan kemudian didiagnosa menderita penyakit TBC. Untuk itu ia dirawat dalam ruang isolasi khusus pasien TBC.
Akan tetapi sejak masuk rumah sakit, belum ada satupun anggota keluarganya yang berupaya menghubungi ataupun menjenguknya.
Dari pengakuan Askan kepada dokter yang merawatnya di RSU Dr Soetomo, Askan puluhan tahun hidup seorang diri di Kota Pahlawan.
"Beliau punya istri namun istrinya telah lama meninggal dunia," ujar salah satu dokter yang merawat Askan, dr Arief Bakhtiar SpP.
Supervisor paru di unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Dr Soetomo ini menambahkan, Askan mengaku memiliki dua orang anak. Namun ia sudah lama tak bertemu dengan anaknya.
"Pak Askan sudah lama tidak bertemu dengan anaknya. Dia juga tidak mengetahui keberadaan anaknya," tambah Arief.
Informasi lain yang diperoleh Camat Tambaksari Ridwan Mubarun adalah pengakuan Aksan tentang keberadaan anaknya di Kalimantan. "Dulu dia memang sempat kesana, tetapi dalam beberapa tahun ini sudah tidak pernah lagi," ujar Ridwan.
Namun ketika ditanya lebih lanjut, jawaban Askan justru tidak nyambung. Askan juga pernah mengaku berasal dari Jombang namun memiliki paman dan keponakan di Surabaya.
Kemudian informasi itu direvisi, bilang hanya punya kenalan bernama Halimah di daerah Tambaksari. Selanjutnya ia mengaku hidup seorang diri. Tim medis RSUD Dr Soetomo menengarai Askan mengalami kepikunan.
![]() |
Kendati demikian, sejak kabar tentang Askan tersebar, pihak RS mengamati banyak orang yang mengaku-aku sebagai keluarga atau teman dekat Askan. Dalam sehari, jumlahnya mencapai belasan hingga 20-an orang.
Hal ini diungkapkan Wakil Kepala Ruangan Palem, Dwi Wahyuni. Ia juga bercerita bahwa orang-orang yang mengaku ini biasanya paling banyak datang di sore dan malam hari. Karena jika pagi hingga siang, penjagaan di rumah sakit untuk penjenguk cukup ketat.
Namun saat dimintai keterangan tentang hubungan keluarga maupun identitas, mereka enggan memberikan. "Ketika ditanya mereka bilang hubungannya teman dan keluarganya tapi tidak mengaku siapa namanya," tambahnya.
Pihak RS kemudian berinisiatif menolak dan meningkatkan penjagaan terhadap Askan agar tidak ada yang menyalahgunakannya.
Baca juga: Askan Tukang Becak Jutawan Meninggal Dunia |
![]() |
Sementara Asnan dirawat di RS dan tak ada keluarga yang bisa dititipi uangnya, pihak kecamatan kemudian mengamankan seluruh barang milik pria itu, termasuk uang puluhan jutanya.
"Uangnya setelah kita hitung, kita bungkus rapat lalu kita lakban dan kita tempatkan di brankas," kata Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Tambaksari, Maria Agustin.
Ridwan mengatakan, jika sudah sembuh, maka Asnan direncanakan akan ditempatkan di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) sebab ia perlu pendampingan dari tim Satuan Tugas (Satgas) TB.
"Pak Asnan kalau sembuh mungkin tidak bisa 100% tapi kalau sudah boleh pulang dari RS, Pak Asnan mungkin bisa tinggal di Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial). Pendampingan dalam hal kontrol pengobatan TB-nya. Selain itu obatnya juga tidak boleh putus," jelas Ridwan.
Namun malang, setelah dua minggu lebih tinggal di UPTD Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih Surabaya, Askan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.
"Kemarin Jumat (20/4) bapak Askan meninggal dunia sekitar pukul 06.00 WIB dalam kondisi tertidur di ranjang perawatan," ungkap Ridwan.
![]() |
Sebelum Askan meninggal dunia. Ridwan menyampaikan berdasarkan informasi dokter UPTD Liponsos, Askan pada pukul 05.00 WIB sempat dimandikan tim perawat. Kemudian satu jam berikutnya, perawat kembali dan mengecek denyut. Askan meninggal dunia. Selama di Liponsos, Askan dirawat di ruang khusus oleh satu dokter dan perawat khusus.
Uang Rp 49 juta yang dimiliki Askan disebut masih disimpan di brankas kecamatan. Namun ke depan, Ridwan belum tahu akan dikemanakan uang itu.
"Ini kan menyangkut harta warisan. Saya takut menjadi fitnah. Rencananya kami akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial, Karang Taruna yang pertama kali menemukan beserta pihak Polsek Tambaksari dan Koramil kami akan menyepakati untuk diberikan ke mana. Yang pasti uang ini untuk amalan Pak Askan," tandas Ridwan.
Ridwan berencana menyumbangkan uang itu ke masjid di kawasan Taman Teratai, tempat pertama kali Askan ditemukan dalam kondisi sakit.
"Kalau dari saya sih, rencananya akan menyumbangkan di masjid di daerah situ. Tapi kalau sepakat, nanti biar ada saksi dari kepolisian dan muspika kepada pihak masjid. Nanti kalau ada pihak keluarganya yang menanyakan keberadaan uang itu kami ada saksinya dari pihak kepolisian dan koramil," lanjutnya. (lll/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini