Cerita Risma Tak Dapat Akses Telepon dan Internet di Korea Utara

Cerita Risma Tak Dapat Akses Telepon dan Internet di Korea Utara

Amir Baihaqi - detikNews
Senin, 10 Des 2018 17:40 WIB
Foto: Istimewa
Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berkesempatan melawat ke Korea Utara (Korut) dalam misi internasional pertamanya sejak menjabat sebagai Presiden United Cities anf Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC).

Ia pun menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke negara yang dipimpin Kim Jong Un tersebut.

"Hari pertama ke Korea Utara aku di Pyongyang diterima Wakil Presidennya dan muter-muter. Terus habis itu hari kedua kita ke Kota Pyongsung. Di sana ternyata rumah sakit dan sekolahnya bagus-bagus. Sungainya juga bagus kok," kisah Risma kepada detikcom di ruang kerjanya, Balai Kota Surabaya, Senin (10/12/2018).


Risma menambahkan cara berpakaian orang Korut juga tak jauh berbeda dengan masyarakat kebanyakan yang cenderung modern. Namun karena saat ini tengah musim dingin, ia tidak memperhatikan dengan seksama pakaian apa saja yang dikenakan orang Korut.

"Pas diterima mereka pakai jas pada umumnya. Dan lainnya juga pakai pakaian modern. Cuma pas musim dingin sampai minus 7 derajat, jadi saya tidak terlalu perhatikan. Karena di dalam ruangan dan tidak ada pemanas ruangan di pakai jaket terus," terangnya.

Cerita Risma Tak Dapat Akses Telepon dan Internet di Korea UtaraFoto: Istimewa

Di sisi lain, Risma mengaku mengalami kesulitan berkomunikasi saat berada di Korut. Selain kendala bahasa, akses jaringan telepon maupun internet juga hampir tidak ada.

"Jadi kita komunikasinya dengan wali kotanya saja. Tapi kalau aku mau mengerjakan atau menulis surat-surat aku turun cari Wi-Fi di lobi hotel. Keluar dari lobi sudah tidak bisa internet atau telepon. Aku baru bisa pakai di hari ketiga, waktu ke perbatasan Korea Selatan Korea Utara," bebernya.


Kendati demikian, alumni ITS itu mempelajari banyak hal dari negeri yang terkenal berpaham komunis tersebut. Mulai dari semangat survive mereka hingga semangat nasionalisme di tengah keterbatasan karena embargo ekonomi.

"Meski kekurangan listrik, kekurangan air tapi kotanya bagus. Yang jelas mereka bisa survive dengan kondisi itu. Nasionalismenya mereka juga tinggi sekali. Jadi ada yang ngomong gini 'Kami tidak mau kehormatan kami ditukar dengan roti'. Ada yang ngomong gitu ke kita," tandas Risma. (lll/lll)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.