Pada dasarnya Sandiaga tidak memahami konteks dari cuitan tersebut karena menggunakan Bahasa Arab.
"Saya tidak begitu mengerti Bahasa Arab secara detil, dan ini ada ungkapan berbahasa Arab yang disampaikan pak duta besar, juga ada ahli Bahasa Arab dari PBNU," tandasnya di hadapan wartawan saat berkampanye di Kota Malang, Rabu (5/12/2018).
Kendati demikian, menurut Sandiaga, akan lebih baik bila persoalan itu diselesaikan dengan duduk bersama.
"Mari duduk bersama, menjalin ukhuwah islamiyah dan persahabatan bangsa-bangsa hubungan, dalam menyelesaikan persoalan itu," lanjutnya.
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu juga memilih untuk menghormati kedua belah pihak, yaitu PBNU maupun Arab Saudi atau dalam hal ini Kedutaan Besar Arab Saudi untuk Indonesia. Sebab menurutnya, banyak hal atau ungkapan yang beredar di publik bisa disalahartikan menjelang Pemilihan Presiden 2019.
"Kami tidak ingin menambah kekisruhan. Menuju Pilpres banyak sekali ungkapan yang bisa disalahartikan. Kita hormati PBNU dan Saudi Arabia," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, baru-baru ini Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi menuliskan cuitan yang menyebut adanya 'organisasi sesat' di Indonesia. Cuitan itu kemudian dikecam banyak pihak. GP Ansor dan PBNU lah yang pertama kali angkat bicara.
"Massa yang berjumlah lebih dari satu juta berkumpul demi menyatakan persatuan umat Islam merupakan reaksi keras terhadap dibakarnya bendera tauhid oleh seorang dari pihak organisasi sesat menyimpang kurang-lebih sebulan yang lalu," demikian isi cuitan itu dibacakan Ketum PBNU Said Aqil Siradj, dalam jumpa pers yang digelar di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (3/12) kemarin. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini