Begini Cara Pemkab Banyuwangi Antisipasi Banjir Susulan

Begini Cara Pemkab Banyuwangi Antisipasi Banjir Susulan

Ardian Fanani - detikNews
Senin, 26 Nov 2018 16:10 WIB
Begini Cara Pemkab Banyuwangi Antisipasi Banjir Susulan
Foto: Ardian Fanani
Banyuwangi - Antisipasi banjir bandang susulan di Sungai Badeng yang melintasi 3 kecamatan di Banyuwangi, Dinas Pekerjaan Umum (PU) merevitalisasi aliran sungai menggunakan alat berat.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Guntur Priambodo menjelaskan selain mendatangkan alat berat excavator, hari ini juga dilakukan pengerukan sediman di sekitar Jembatan Garit Desa Alasmalang.

"Untuk Jembatan Alasmalang telah kami bangun parapet (Dinding penahan luapan air sungai) yang berlanjut hingga saat ini. Jembatan di Desa Gladag juga menyusul dibangun parapet," kata Guntur kepada detikcom, Senin (26/11/2018).

Selain itu, jembatan yang dilalui aliran Sungai Badengan juga akan direkonstruksi. Seperti jembatan di Desa Gladag, rentangnya akan diperlebar menyesuaikan dengan lebar sungai. Jembatan tersebut berdasarkan kajian memang perlu direkonstruksi, baik dari sisi ketinggian maupun desain yang masih menggunakan tiga kaki yang berpotensi menghambat laju air.


"Jembatan Alasmalang yang dalam otoritas Pemprov Jatim, rencananya tahun 2019 juga segera direkonstruksi. Sembari menunggu pembangunan dari provinsi, kami tempatkan alat berat di sana untuk berjaga-jaga bila air suangai yang meluap membawa material besar," tandas Guntur.

Sementara BPBD Banyuwangi menyatakan, terjadinya banjir di sejumlah wilayah di daerahnya ada beberapa faktor.

Menurut Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Banyuwangi Eka Muharram, berdasarkan hasil kajian sementara, selain debit air yang besar akibat di wilayah hulu sungai Badeng, adanya penyempitan sungai juga menjadi faktor terbesar. Kata Eka, penyempitan sungai yang paling parah ada di sepanjang sungai Badeng.

Di wilayah ini, penyempitan sungai terjadi akibat pembangunan di pinggir sungai dalam beberapa tahun ini yang dilakukan masyarakat marak terjadi. Bahkan warga tidak segan untuk mendirikan bangunan di atas sungai. Hal ini tidak dibenarkan, karena sungai tidak lagi bisa menampung debit air yang semakin menyempit.


"Sebenarnya 15 meter dari bibir sungai itu baru boleh ada bangunan. Kalau sekarang kan banyak yang meped ke sungai bahkan mengambil wilayah sungai sekarang ini masyarakat. itu yang sering menimbulkan persoalan sehingga ada penyempitan sungai, jelas ketika ada banyak perumahan di pinggir sungai itu ada sampah itu yang menimbulkan pendangkalan. Itu yang menimbulkan dan memicu terjadinya banjir," kata Eka Muharram.

Eka Muharram menambahkan, berdasarkan peraturan per undang-undangan yang ada mendirikan bangunan yang dekat dengan sungai jaraknya minimal harus 15 meter dari bantaran sungai. Namun kata Eka, kenyataanya saat ini banyak bantaran sungai dijadikan permukiman oleh masyarakat. Akibatnya ketika terjadi hujan lebat debit air naik dan menggenangi rumah warga.

"BPBD Banyuwangi meminta kepada Pemerintah Banyuwangi bisa menormalisasi sungai dan bantaran sungai yang dijadikan permukan tersebut. Sehingga banjir akibat luapan sungai yang semakin menyempit bisa diminimalisir," pungkasnya.

Minggu (25/11/2018), terjadi banjir bandang di sejumlah tempat, daerah yang terdampak di antaranya Desa Alas Malang, Desa Gladag dan Desa Bubuk. Akibat Banjir Bandang ini sekitar 80an rumah rusak dan 2 rumah yang berada di bantaran sungai hanyut terbawa banjir. (fat/fat)
Berita Terkait