Kepala DLH Mojokerto Zainul Arifin mengatakan, pengecekan sumur di halaman rumah Firman Efendy dilakukan bersama Polresta Mojokerto, Jumat (16/11). Pihaknya juga telah mengambil sampel air dari sumur tersebut.
"Sampel air kami periksa di laboratorium kami sendiri, hasilnya akan keluar dalam 10 hari," kata Zainul saat dikonfirmasi detikcom, Senin (19/11/2018).
Hingga kini Zainul belum bisa memastikan air sumur di rumah Firman tergolong tercemar atau tidak. Meski secara kasat mata air sumur itu berubah warna dan baunya, dia memilih tetap berpedoman pada hasil uji laboratorium.
"Pencemaran tak bisa dilihat kasat mata, jarus dibuktikan dengan uji lab. Ada kandungan apa saja sehingga air berubah warna," terangnya.
Air sumur di halaman depan rumah Firman tercemar hingga berubah warna mirip teh. Bau air mirip dengan tetes tebu. Kondisi ini terjadi sejak pekan pertama bulan November 2018.
Akibatnya, air sumur tersebut tak lagi bisa digunakan untuk minum, masak, dan mandi. Diduga air sumur ini tercemar pupuk cair yang diguyurkan ke lahan tebu di sekitar rumah Firman. Jarak sumur dengan kebun tebu sekitar 20 meter.
Menurut warga, dalam sepekan terakhir kebun tebu di depan rumah Firman diguyur dengan ribuan liter pupuk jenis Pupuk Hayati Enero (PHE). Pupuk cair ini diproduksi pabrik bioetanol PT Enero di Gedeg, Mojokerto. Bahan bakunya adalah vinasse, yaitu limbah dari pembuatan bioetanol.
Setiap harinya, PT Enero disebut menghasilkan 1 juta liter pupuk PHE. Pupuk cair ini didistribusikan secara gratis ke para petani tebu di bawah naungan Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, PTPN X di Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Setiap hektare tanaman tebu membutuhkan 30 ribu liter PHE untuk sekali pemupukan.
Saksikan juga video 'Air Sumur di Mojokerto Berubah Warna, Diduga Tercemar Pupuk':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini