Hal itu diakui Supervisor Proses Produksi PHE PT Enero Andria Muchlisin Wicaksono. Menurut dia, komplain dari warga Dusun Ngepung, Desa Beratwetan, Gedeg, yang air sumurnya diduga tercemar PHE, merupakan kasus yang tak terduga.
Sejak diproduksi tahun 2014 sampai saat ini, pihaknya ternyata belum pernah mengkaji dampak penggunaan PHE terhadap lingkungan, khususnya air tanah. Pada musim penghujan, tentunya pupuk cair itu akan mudah meresap ke dalam tanah.
"Kalau meresap ke air tanah, kami belum mengujinya. Karena pupuk ini kan untuk ke lahan, bukan untuk ke air," kata Andria kepada wartawan saat mengecek kondisi air sumur di halaman depan rumah Firman Efendy.
Dia menjelaskan, pupuk PHE dibuat dengan bahan baku Vinasse, yakni limbah dari proses pembuatan bioetanol. Pupuk cair ini diklaim mampu menggemburkan tanah lantaran mengandung mikrobiologi.
Pupuk yang beraroma seperti tetes tebu ini juga disebut telah mengantongi izin edar dari Kementerian Pertanian. "Kontaminan pupuk kami nol, baik bakteri ecoli maupun salmonella," ungkapnya.
Namun, saat disinggung terkait dampaknya terhadap air yang tercemar PHE, Andria mengaku belum mengetahuinya. Pasalnya, warga tak berani mengkonsumi air sumur milik Firman yang diduga telah tercemar pupuk tersebut.
"Kami belum tahu. Karena selama ini kami hanya menguji pupuk kami, nol bakteri," terangnya.
Air sumur di halaman depan rumah Firman tercemar hingga berubah warna menjadi kecokelatan mirip teh. Bau air mirip dengan tetes tebu. Kondisi ini terjadi sejak sepekan yang lalu.
Akibatnya, air sumur tersebut tak bisa digunakan untuk minum, masak, dan mandi. Diduga air sumur ini tercemar pupuk cair yang diguyurkan ke lahan tebu di sekitar rumah Firman. Jarak sumur dengan kebun tebu sekitar 20 meter.
Menurut warga, dalam sepekan terakhir kebun tebu di depan rumah Firman diguyur dengan ribuan liter pupuk jenis PHE. Pupuk cair ini diproduksi oleh pabrik bioetanol PT Enero di Gedeg, Mojokerto.
Setiap harinya, PT Enero disebut menghasilkan 1 juta liter pupuk PHE. Pupuk cair ini didistribusikan secara gratis ke para petani tebu di bawah naungan Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, PTPN X di Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Setiap hektare tanaman tebu membutuhkan 30 ribu liter PHE.
Saksikan juga video 'Air Sumur di Mojokerto Berubah Warna, Diduga Tercemar Pupuk':
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini