"Kejadian ini baru pertama kali terjadi di Kota Surabaya, meskipun di beberapa kota sudah banyak. Ini sudah didata dan baru ketemu. Ada yang SMP ya. Ini sekarang didampingi oleh Dinas Pendidikan dan DP5A. " kata Tri Rismaharini kepada wartawan, Selasa (13/11/2018).
Risma mengaku akan mencari sumber persoalnya hingga membuat anak-anak itu melakukan aktivitas menghirup aroma lem (ngelem).
"Ini mau saya cek nanti, sumbernya dari mana ini yang paling penting," kata Risma.
Baca juga: Duh! Tak Mampu Mabuk Miras, Ngelem pun Jadi |
Untuk itu, dalam pendampingan kepada 10 anak yang kedapatan ngelem, Risma akan menyiapkan psikater untuk mengetahui akar masalahnya dari anak-anak tersebut.
"Saya belum bisa bicara banyak ke media. Saat ini tim psikolog lagi melakukan pendalam kepada meraka satu persatu apa yang menjadi penyebab mereka melakukan itu. Supaya nanti agar tidak terjadi di tempat lain," ujar Risma.
Risma juga mengimbau kepada orang tua di Surabaya agar lebih berhati-hati dan waspada dan saling memperhatikan perkembangan anak-anaknya.
"Kadang orang tua juga ndak tahu kalau lem itu bisa membuat mabuk. Tolong kepada orang tua jika mendapati anak-anak seperti itu, itu kecanduan. Dia menghirup lem karena dia bisa fly (mabuk)," ungkap Risma.
Risma juga menceritakan jika pihaknya pernah menangani problem anak-anak yang ketergantungan. Setelah dilakukan pendampingan dan pengobatan oleh Pemkot Surabaya akhirnya bisa sembuh.
"Dulu ada yang seperti itu, tapi bukan ngelem. Setelah kami lakukan pendampingan ternyata sembuh. Dia juga mengaku kalau ada masalah," ujar Risma.
Risma kembali menegaskan jika saat ini, tim psikolog dari Pemkot Surabaya sedang melakukan pendalam. Selain itu orang tua juga akan dipertemukan dengan anak-anaknya agar terbuka.
"Setelah kita dalami satu persatu. Nanti para orang tua akan kita pertemukan. Supaya mereka bisa menerima keadaan anaknya dengan baik," tandas Risma. (iwd/iwd)











































