Kepala UPT Dinas Pengairan Kecamatan Karanggeneng, Matnawi mengatakan dari pengukuran yang dilakukan oleh tim UPT Dinas Pengairan bantaran yang mengalami sliding lebarnya mencapai 1 meter dengan panjang kurang lebih 100 meter dengan kedalaman 3.50 meter.
Jarak tanggul, kata Matnawi, dengan retakan atau sliding sepanjang 40 meter. Tim dari UPT, lanjut Matnawi, yang melakukan pengukuran selain Matnawi adalah Kusnan, Muratno dan Sukanam.
"Jarak penurunan tanah dari retakan ke debit air kurang lebih 2 meter sepanjang 30 meter dengan kedalaman 4,5 meter," ujar Matnawi kepada detikcom, Senin (5/11/2018).
Kapolsek Karanggeneng AKP Syaifuddin yang meninjau lokasi mengatakan kejadian ini perlu diwaspadai, karena sliding adalah pecahan tanah yang terus bergerak. Apabila debit air di sungai Bengawan Solo terus berkurang maka pecahan tanah akan terus bertambah lebar.
"Pelebaran gerakan itu tentunya akan menggerus tanah. Dan dimungkinkan jika terjadi hujan lebat, debit air naik, sehingga rawan jebol," ujarnya.
Saat ini, kata Syaifuddin, pihak UPT dan Muspika tengah melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Pihaknya, kata Syaifuddin, berharap agar segera ada penanganan agar tidak membahayakan.
"Kondisi saat ini, debit air di Bengawan Solo memang sedang surut," jelasnya. (iwd/iwd)