"Dalam kurun waktu 2 bulan sudah ada 400 ekor burung puyuh milik saya mati," tutur pemilik ternak burung puyuh Sri Narti (46) saat ditemui detikcom di rumahnya, Senin (5/11/2018).
Unggas tersebut mati secara mendadak di siang hari. "Kemungkinan utama karena cuaca panas ekstrem," ungkapnya.
Ibu 4 orang anak ini mengaku setiap hari selalu ada 8-10 unggasnya yang mati. "Kejadian ini sudah terjadi mulai September lalu, banyak yang mati," tukasnya.
Menurutnya, penyebab utama matinya hewan ternak miliknya ini dipicu cuaca panas di dalam kandang. Bahkan suhunya mencapai 37 derajat. "Ada beberapa puyuh yang mati itu karena bagian duburnya robek, menganga seperti habis bertelur," jelasnya.
Sri Narti meyakini matinya hewan unggas miliknya bukan disebabkan virus, melainkan karena suhu ekstrem. Ia pun mulai membuat perubahan pada kandang miliknya dengan menambah kipas angin serta spriyer untuk menyemprot air agar kenaikan suhu bisa ditekan.
"Kalau virus kan pasti mati satu kandang, ini tidak. Tiap hari ada 8-10 ekor yang mati kemungkinan karena panas," tegas dia.
Akibat kejadian ini, Sri pun sempat melaporkannya ke perangkat desa setempat namun belum ada tindakan lanjutan.
Karena khawatir dengan bangkai burung puyuh yang mati secara mendadak, oleh warga bangkai tersebut langsung dibakar atau dikubur.
"Kami khawatir kalau ada penyakit yang ditularkan unggas," tandasnya.
Sri pun berharap dengan kejadian yang dialaminya, ia bisa mendapatkan perhatian dari Dinas Peternakan sekaligus menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapinya.
"Saya harap ada perhatian, supaya saya tau masalahnya seperti apa terus cara penanganannya gimana. Selain itu semoga musim hujan segera tiba," pungkasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini