Namun mereka mengaku sedikit kesulitan dan kurang leluasa bergerak saat proses belajar mengajar. Sebab, pelajar perempuan kebanyakan memakai kain panjang maupun kebaya. Sehingga tak jarang mereka mengipaskan kertas karena gerah.
"Jadi tak leluasa bergerak. Tapi saya senang saja. Toh, ini kan setahun sekali memperingati Sumpah Pemuda," tutur Febri, salah seorang siswa saat ditemui di sekolahnya, Jalan Situbondo, Senin (29/10/2018)
Sementara Kepala SMAN Tenggarang, Suprihartono, mengaku pihaknya memang mengintruksikan pada anak didiknya memakai pakaian adat nusantara selama sehari.
"Selain dalam rangka hari sumpah pemuda, ini juga untuk lebih mengenalkan ragam pakaian adat di nusantara. Karena Sumpah Pemuda itu kan pada dasarnya berbasis nilai-nilai budaya bangsa," terangnya.
Dia menambahkan acara tersebut memang sengaja digelar agar generasi muda dapat menghayati Sumpah Pemuda. Siswa mengenal Sumpah Pemuda tak hanya ucapan, tapi
"Apalagi, di era milenial ini jika siswa sudah tidak dapat lagi menghayatinya, maka apa yang disebut dengan bonus demografi itu akan nihil hasilnya," tandas Suprihartono.
Pengamatan detikcom, setelah sejenak mengikuti upacara Hari Sumpah Pemuda di halaman sekolah para siswa lantas memasuki kelas seperti biasa. Dengan tetap memakai pakaian adat.
Mereka mengikuti kegiatan belajar mengajar sebagaimana biasanya. Bahkan para guru pengajar pun mengenakan pakaian yang sama, yakni pakaian adat. (fat/fat)











































