"Kami analisa peristiwa ini potensial sekali. Kenapa kami melihat seperti itu. Kami melihat si pelaku utama (Alton) yang menyiapkan media sosial itu, memadukan dua kebutuhan. Satu sisi orang yang membutuhkan orang yang mempunyai masalah terhadap pengurusan anak di luar nikah. Ini menjadi masalah baik secara legal maupun pembiayaannya. Kemudian melihat orang yang belum memiliki keturunan," ujar Kapolrestabes Surabaya Kombes Rudi Setiawan kepada wartawan di Mapolrestabes Surabaya, Rabu (10/10/2018).
Dari latar belakang kebutuhan tersebut, kata Rudi, pihaknya terus melakukan penyelidikan. Sebab kasus ini memiliki potensi penyalahgunaan perdagangan manusia yang cukup besar.
"Kasus ini merupakan cara baru yang dilakukan oleh pelaku. Dengan menjaring dua kebutuhan tadi dengan cara konsultasi. Jadi pelaku mengunakan modus melalui medsos dengan mempertemukan orang yang membutuhan perawatan bayi dan orang yang membutuhkan bayi. Di luar konsultasi mereka bertemu melakukan transaksi inikan menjadi masalah," ungkap Rudi.
Saat ini, Kata Rudi, pihaknya masih terus melakukan pengembangan siapa lagi yang menjadi korban di akun medsos yang dibuat oleh Alton.
"Tim cyber kita terus menjaring siapa lagi yang telah menjadi korban. Intinya kasus ini menggabungkan dua kebutuhan yang menjadi bisnis penjualan bayi," ujar Rudi.
Selain jual beli bayi, pihak Kepolisian masih terus melakukan pengembangan apakah ada motif lain selain murni jual beli.
"Kalau kami melihat dua kebutuhan tadi. Potensinya banyak. Apakah faktor kebutuhan ekonomi. Ada yang kebutuhan dengan organ tubuh. Bisa saja ada orang yang konsultasi tentang kebutuhan organ tubuh. Potesi itu bisa saja terjadi. Saat ini kami terus melakukan penyelidikan termasuk dijual ke orang asing," tandas Rudi. (iwd/iwd)











































