Itu diungkapkan Bupati Trenggalek, Emil Elestianto Dardak usai meninjau langsung distribusi air bersih di Desa Prambon, Jumat (5/10/2018) sore. Dia mengatakan untuk saat ini pembiayaan distribusi air bersih mendapatkan bantuan dari BPBD Jawa Timur dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Namun anggaran bantuan dari jajaran di atasnya dinilai masih kurang maksimal. Sebab, jumlah wilayah yang mengalami kekeringan di Jawa Timur maupun seluruh Indonesia cukup banyak. "BPBD Provinsi Jatim sudah keluar, kemudian BNPB ini kelihatannya agak berat. Kebetulan saya juga sudah melapor ke Kemendagri juga," kata Emil, Sabtu (6/10/2018).
Menurutnya, untuk memaksimalkan proses penanganan bencana krisis air di 43 desa tersebut pihaknya akan menggunakan biaya tak terduga dari ABPD Trenggalek 2018. Untuk itu BPBD dan instansi terkait harus melakukan penghitungan ulang tingkat kebutuhan masyarakat, sehingga alokasinya bisa lebih presisi.
"Ini angkanya harus lebih jelas pas, karena kami akan menggunakan Dana Bantuan Tak Terduga (BTT). BTT itu masih ada ruang Rp 1 miliar untuk melayani, dengan asumsi 3 rit/desa setiap hari. BTT boleh dipakai, karena basisnya memang kekeringan yang meluas," ujarnya.
Wakil gubernur Jatim terpilih ini menjelaskan, untuk memaksimalkan proses distribusi bantuan air bersih juga akan dilakukan evaluasi ulang, karena apabila tetap menggunakan pola yang saat ini dilakukan dinilai masih kurang efektif.
"Kalau seperti titik distribusi sporadis dan tidak menggunakan tandon seperti ini kurang efektif. Seharunya ada penampungan sehingga distribusi air cukup di satu titik dan tidak harus setiap hari," jelasnya.
Kekeringan di Trenggalek saat ini telah meluas 43 titik di 13 kecamatan. Wilayah terdampak kekeringan rata-rata berada di kawasan pegununungan dan sekitarnya. Bahkan beberapa desa di sekitar pusat kota juga mulai mengalami krisis air.
Saksikan juga video 'Kekeringan Melanda 42 Desa di Trenggalek':
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini