Dijelaskan Tantri, petani dapat menjual bawang merah hasil panennya di 'Rumah Bawang'. Dari sini bawang-bawang tersebut akan diolah menjadi produk siap saji. Tujuannya agar saat harga bawang merah turun seperti saat ini, para petani masih bisa mendapatkan keuntungan.
"Intinya bawang merah dari petani ini setelah masuk 'Rumah Bawang' bukan lagi menjadi barang mentah karena menjadi sebuah produk baru, saat dijual ke pasaran harganya bisa lebih tinggi daripada dijual secara mentahan," terangnya, kepada wartawan, di Pendopo Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Jumat (28/09/2018).
Tantri juga berharap, 'Rumah Bawang' bisa menjadi sebuah pusat edukasi bagi masyarakat yang hendak belajar tentang tanaman bawang merah di Kabupaten Probolinggo. Seperti diketahui Kabupaten Probolinggo merupakan satu dari hanya dua sentra bawang merah di Indonesia, selain Kabupaten Brebes.
Bupati Tantri menargetkan 'Rumah Bawang' itu direalisasikan paling cepat dapat diwujudkan pada tahun 2019 mendatang.
Saat berkunjung ke Probolinggo beberapa waktu lalu, Gubernur Jatim, Soekarwo meminta Kabupaten Probolinggo untuk melakukan pembenahan di sektor pertanian. Hal ini mengingat 70 persen roda perekonomian di Kabupaten Probolinggo bertumpu pada sektor pertanian.
Namun Soekarwo menegaskan perhatiannya tertuju pada penanganan pasca panen. "Misal untuk harga bawang merah yang turun saat ini, mestinya diubah dulu jadi bawang goreng. Jadi jangan dibiasakan, dijual dalam bentuk fresh," pesan Soekarwo.
Diberitakan sebelumnya, harga jual bawang merah di Kabupaten Probolinggo saat ini merosot hingga mencapai angka Rp 6 ribu perkilogram. Harga ini disebut lebih rendah dari harga jual bawang merah di Kabupaten Brebes yang menyentuh angka Rp 8 ribu perkilogram. (lll/lll)











































