Tunggakan biaya sekolah yang dibebankan kepada RW mencapai Rp 2.450.000 untuk satu semester. Padahal ayah RW, Luluk Joko Wiyono (46) sehari-hari bekerja sebagai penjual kopi dengan pendapatan yang tidak menentu.
"Setiap malam saya jual kopi di Jalan Jenderal Sudirman tapi penghasilannya tidak menentu," terang Luluk kepada wartawan, Senin (24/9/2018).
Ironisnya, RW merupakan salah satu siswa berprestasi di sekolahnya. RW sendiri tergolong siswa kurang mampu sehingga menjadi pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Menurut Luluk, pihak sekolah telah memberitahu jika RW belum bisa melunasi tunggakan biaya. Sekolah juga mengatakan bila tunggakan itu tidak dibayarkan maka RW tidak bisa mengikuti ujian tengah semester ganjil yang akan dilaksanakan mulai hari ini.
"Saya sudah tidak bisa apa-apa. Saya bingung tagihannya sebesar Rp 2,4 juta. Kalau tidak dibayar tidak bisa ikut ujian," jelas Luluk.
Luluk akhirnya menjumpai pihak sekolah untuk meminta klarifikasi.
Usai pertemuan, Kepala Sekolah SMAN 3 Ponorogo Budi Susanto menjelaskan persoalan ini hanyalah salah paham. Pihaknya pun tidak mendapatkan laporan jika ada siswa yang menunggak pembayaran karena dari keluarga kurang mampu.
"Jadi penerimaan siswa itu ada jalur umum, mitra warga, bidik misi dan prestasi. Nah RW kebetulan jalur prestasi dan harus memenuhi beberapa kewajiban," jelasnya.
Namun jika RW sudah melampirkan KIP, KIS dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), maka seharusnya tidak ada lagi biaya yang dibayarkan siswa tersebut.
"Ini tadi orang tuanya sudah membawa lampirannya, sudah clear. Anaknya bisa langsung ujian," pungkasnya.
Tonton juga 'Duh! Pak Anies Kerepotan BPJS Nunggak ke RSUD di Jakarta':
(lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini