Secuil Potret Desa Wonoayu dalam Wujudkan Jatim Lumbung Sapi Nasional

Secuil Potret Desa Wonoayu dalam Wujudkan Jatim Lumbung Sapi Nasional

Hilda Meilisa Rinanda - detikNews
Minggu, 16 Sep 2018 09:29 WIB
Foto: Hilda Meilisa Rinanda
Malang - Pagi itu, tak ada raut bahagia se-bahagia milik Slamet, peternak sapi di Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Garis senyumnya yang mulai ditumbuhi kerutan nampak melebar sumringah, matanya menyipit, namun tetap saja tak bisa menyembunyikan sebulir air di pelupuk matanya yang nampak berkaca-kaca.

Bagaimana tidak, Bagong, sapi miliknya, telah dinyatakan bunting oleh dokter. Slamet memang rutin mengikuti program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Namun, kehamilan pertama Bagong memang telah lama ia nantikan.

Sesaat sebelum Bagong diperiksa, air muka Slamet menegang, matanya fokus melihat satu persatu adegan dokter menilik kandungan 'buah hatinya'. Slamet memang memperlakukan Bagong sama seperti anaknya sendiri. Saat Bagong sakit, Slamet mengaku sering membawanya ke dokter. Slamet juga rutin memberi Bagong asupan vitamin.

Wujud perhatian Slamet pada sapinya pun nampak jelas, tatkala tangannya yang menghitam dan kuku-kukunya yang kotor lantaran terlampau sering dipakai mencari rumput, mengelus perlahan kepala Bagong. Sementara Bagong terlihat panik dengan menggeliat ke kanan dan kiri saat tangan dokter memeriksa rahimnya.

"Alhamdulillah pak, selamat ya sapinya bunting. Inseminasi buatannya sukses," ujar salah satu dokter sembari melepas sarung tangan yang dikenakannya memeriksa kebuntingan pada sapi di Desa Wonoayu, Rabu (29/8/2018) lalu.

Secuil Potret Desa Wonoayu dalam Wujudkan Jatim Lumbung Sapi NasionalFoto: Hilda Meilisa Rinanda

Sontak, muka tegang Slamet berangsur tenang. Senyumnya pun merekah, menghiasi sudut wajahnya yang berkilauan diterpa terik. Di antara deburan debu yang beterbangan, Slamet tak bisa menyembunyikan raut bahagianya.

Sementara saat diajak berbincang, lelaki paruh baya ini mengaku tak mahir berbahasa Indonesia, dengan berbahasa Jawa, dia pun bercerita sembari menyeka pelupuk matanya yang basah. Bukan. Bukan karena sedang bersedih, namun lantaran ada sekejap rasa haru yang tak dapat dibendung.

"Nek kulo tiang awam. Tapi kulo seneng kale program e pemerintah niki sing gratis, makin maju ngeringanaken peternak (Saya ini orang awam. Tapi saya senang dengan program pemerintah yang gratis ini, semakin maju untuk meringankan peternak)," ujarnya dengan krama inggil.

Pemerintah memang memberikan bantuan Inseminasi Buatan (IB) gratis pada peternak. Diakui Slamet hal ini sangat membantunya. Dulu, sebelum ada bantuan dari pemerintah, Slamet mengatakan dia mengeluarkan uang Rp 50.000 jika ingin sapinya bunting. Namun, kini, uangnya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.

Sementara itu, tak jauh dari pemandangan Bagong yang sedang bunting. Nampak seorang peternak lain yang berteriak dengan lantang. Dia mengatakan sapinya telah birahi atau memasuki masa-masa siap untuk dibuahi.

Tanda-tandanya pun telah terlihat. Mulai dari sapi yang nampak gelisah, terus melenguh, hingga keluar lendir dari vulvanya. Untuk memastikan, dokter biasanya mengecek bagian dalam vulva. Selain vulvanya akan membengkak dan kemerahan, saat diraba akan terasa hangat. Mempermudah pemeriksaan kebuntingan, ada istilah Jawa-nya yakni 3A, Abang (Merah), Abuh (Bengkak), Anget (Hangat).

Namun, untuk deteksi dini dengan cara yang lebih mudah dan bisa dilakukan oleh peternak, dokter menyarankan lebih baik melihat dari kondisi sapi. Misalnya saat sapi gelisah dengan menggeliat ke kanan dan ke kiri, hingga keluarnya lendir bening dari vulva.

"Tapi paling mudah untuk mendeteksi dari keluarnya lendir. Kalau gelisah kadang ya belum tentu birahi. Tapi kalau sudah keluar lendirnya, itu sudah pasti," terang Kepala UPT Inseminasi Buatan Provinsi Jatim drh Iswahyudi dengan mantap.

Sembari menerangkan, Iswahyudi juga langsung menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan. Pertama, dia memastikan peralatannya steril. Setelah itu, semen beku atau sperma dimasukkan pada alat seperti jarum panjang yang digunakan untuk menyuntikkan sperma pada sapi.

Setelah dirasa siap, mulailah dokter melakukan aksinya. Sembari mengenakan masker, sarung tangan, juga seragam lengkap, dirinya mulai memasuki empat bagian atau cincin pada serviks. Iswahyudi menyebut ada cincin 1,2,3, dan 4.

Jika birahinya sedang bagus, semen beku bervolume 0,25 cc atau setara dengan 2 juta sel sperma dapat menembus hingga cincin terakhir. Namun tak jarang pula, birahi sapi kurang maksimal sehingga posisi bukaan cincinnya tak terbuka secara maksimal.

"Di serviks ada cincin 1, 2, 3, 4. Kalau dia posisinya tidak bagus, serviksnya tidak bisa buka semua," imbuhnya.

Secuil Potret Desa Wonoayu dalam Wujudkan Jatim Lumbung Sapi NasionalFoto: Hilda Meilisa Rinanda

Untuk itu, Iswahyudi menekankan pentingnya melakukan IB secara langsung usai terdeteksi adanya birahi. Jika telat sedikit saja, bisa-bisa sapi akan langsung kehilangan birahinya. Karena saat lewat dari 24 jam, kondisi sapi akan berangsur kembali seperti semula.

Dalam hal ini, pemerintah tak hanya menyiapkan program rutin, seperti mengumpulkan sapi sembari memeriksa kebuntingan dan birahinya. Namun, selalu ada petugas yang mendatangi rumah peternak satu per satu.

Ada pula dokter yang selalu siaga, lantaran bisa saja sewaktu-waktu dihubungi peternak karena ada sapi yang birahi.

"Sehingga metodenya ada yang dikumpulkan seperti ini tapi ada juga yang didatangi satu persatu. Nah metode yang didatangi satu persatu itu tiap hari dilakukan, sementara metode yang dikumpulkan biasanya tiap minggu sekali itu di setiap kabupaten. Bahkan, ada di beberapa kabupaten yang melakukannya dua kali dalam seminggu," papar Iswahyudi.

Iswahyudi mengatakan IB memiliki potensi keberhasilan yang cukup tinggi. Di Jatim ada potensi sebanyak 70%. Ini karena kualitas semen yang digunakan telah terjamin mutunya.

"Nah angka keberhasilannya sebanyak 70%, ini sudah luar biasa. Kualitas semen pasti terjamin karena produsennya sudah mengantongi ISO 17025, kemudian ISO manajemennya juga sudah jalan dan selalu diawasi oleh lembaga independen terkait dengan mutunya," tambah Iswahyudi.

Antusias Peternak Wonoayu Kembangkan Desa Sapi

Kegiatan pemeriksaan kebuntingan dan birahi pada seratusan sapi di Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang berjalan meriah. Senyum sumringah nampak bertebaran dari bibir pemilik sapi bunting.

Matahari semakin melesat di atas kepala, pemeriksaan telah usai, satu per satu peternak mulai menggandeng 'buah hatinya' pulang. Sembari memberi salam, mereka mengucapkan rasa terimakasih pada dokter dan petugas yang membantu jalannya pemeriksaan.

Datang jauh-jauh dari Surabaya, Iswahyudi mengaku senang memeriksa kebuntingan sapi-sapi di Wonoayu. Hal ini tak lain karena antusiasme masyarakat yang sangat tinggi. Selain itu Iswahyudi melihat Wonoayu menyimpan potensi sapi potong dengan populasi cukup banyak.

"Kalau di Wonoayu ini salah satu desa di Kabupaten Malang yang populasinya relatif lebih banyak. Karena di satu desa saja ada sekitar 800-an ekor sapi, dan itu 700-nya betina. Populasinya tinggi karena animo masyarakatnya juga tinggi," katanya.

Wonoayu juga menjadi wadah berkembangnya berbagai jenis sapi, mulai dari Limosin, Brahman, Onggole, Anggus, Friesian Holstein hingga sapi berbangsa Madura.

Di kesempatan yang sama, Kepala Desa Wonoayu Wina Nurmana merinci ada 833 ekor sapi di desanya. Data yang ada, sebanyak 686 ekor merupakan sapi betina, dan sisanya 147 ekor sapi jantan.

Sebelumnya, Wina mengisahkan, di tahun 1990-an Wonoayu merupakan desa mati dengan pertumbuhan ekonomi yang tak terlampau baik. Namun, komitmen pemerintah dalam mensejahterakan penduduk desa disambut baik oleh masyarakat. Program kesejahteraan pun digulirkan melalui berbagai pelatihan-pelatihan ternak hingga tani.

Kini, ternak dan tani ibarat nafas kehidupan desa yang tak dapat dipisahkan. Dari total jumlah penduduk yang mencapai 1.550 dan tercatat dalam 392 Kartu Keluarga, Wina menyebut ada 302 orang yang beternak sapi.

"Ternak sapi cukup memberi warna pada desa kami, dimana desa ini desa kecil dengan jumlah penduduk sebanyak 1.550 dan jumlah KK 392 yang terdiri dari enam RT, dua RW dan yang memiliki ternak sapi sebanyak 302 orang. Hampir semuanya mempunyai ternak sapi," ujar Wina.

Wina juga menceritakan dulu rata-rata warganya memang berprofesi sebagai petani. Namun kini mulai merambah menjadi peternak untuk mencari penghasilan tambahan.

Secuil Potret Desa Wonoayu dalam Wujudkan Jatim Lumbung Sapi NasionalFoto: Hilda Meilisa Rinanda

Hal inipun terlihat dari data peternak sapi yang semakin meningkat. Terlebih, setelah warga bisa menikmati hasil beternak sapi yang lumayan membantu perekonomian, Wina mengatakan kenaikannya pun kian pesat.

"Alhamdulillah jumlahnya meningkat, meskipun tidak signifikan tapi setiap tahun jumlahnya selalu meningkat. Disini memang tradisi (beternak) naik pesat karena mereka memiliki tradisi beternak mereka dan setelah mengetahui hasil dari beternak itu memberikan harapan, maka dia memelihara," paparnya

Tak hanya memelihara saja, Wina mengisahkan jika para peternak memang sangat memperhatikan sapi-sapinya. Hal ini terlihat dari cara peternak yang memperlakukan sapi dengan penuh kasih.

Diakui Wina, meski banyak warga yang memelihara sapi, namun banyak pula warga yang juga mempertahankan pekerjaannya sebagai petani. Bahkan, tak sedikit warga yang melakukan dua pekerjaan sekaligus. Biasanya, warga menjadikan sapi sebagai investasi.

"Karena mereka sangat mencintai sapinya, tidak hanya memelihara saja, karena ini merupakan investasi mereka untuk meningkatkan taraf hidup," imbuhnya.

Ditemui terpisah, Bupati Malang Rendra Kresna mengatakan minat masyarakat untuk beternak memang sudah terlihat. Untuk itu, pihaknya akan berupaya dalam memberikan fasilitas kepada para peternak.

Entah berupa program penyuntikan IB gratis, pemeriksaan kebuntingan tak berbayar, hingga pemberian vitamin dan tenaga kerja yang tak mematok biaya sepeserpun.

"Pertama memang masyarakatnya senang beternak, minatnya itu sudah memang ada. Yang kedua berbagai fasilitas dari pemerintah tentu saja kita lakukan," kata Rendra ditemui di Pendopo Kantor Bupati Malang, Selasa (28/8/2018) malam lalu.

Dari data yang dihimpun, Jatim merupakan provinsi yang kaya akan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang peternakan. Untuk melaksanakan progran Upsus Siwab saja, sedikitnya ada 1.438 petugas inseminator atau kawin suntik. Selain itu, ada pula 1.200 tenaga kerja yang ahli di bidang pemeriksaan kebuntingan.

Ribuan petugas tersebut masih disokong oleh 800 dokter hewan yang siap mengawal sapi-sapi ini dari birahi hingga melahirkan.

Bagi Rendra, dalam program Upsus Siwab ini ada pahlawan-pahlawan tanpa pamrih di dalamnya. Menurutnya, program IB tak akan menuai hasil luar biasa tanpa bantuan dari para pejuang ini.

Secuil Potret Desa Wonoayu dalam Wujudkan Jatim Lumbung Sapi NasionalFoto: Hilda Meilisa Rinanda

Pejuang yang dimaksud Rendra tak lain adalah para inseminator yang mengabdikan diri di desa-desa. Kesemuanya selalu siaga, jika ada panggilan dari peternak terkait kondisi sapi yang birahi, mereka langsung sigap memberi suntikan semen beku.

"Yang tidak kalah pentingnya, juga banyak pejuang-pejuang peternakan yang kita namakan inseminator yang ada di desa-desa," kata Rendra.

Meski tak berstatus sebagai pegawai negeri pun juga pegawai daerah, Rendra melihat kinerja para inseminator memberikan banyak kontribusi. Mereka pun aktif dalam mengedukasi masyarakat berbagai bekal dan keterampilan terkait kiat memberi IB pada sapi.

"Mereka itu pegawai negeri bukan pegawai daerah tapi mereka berkomitmen membantu memberikan beberapa pembekalan ilmu pengetahuan dan keterampilan, bahkan teknologi di bidang inseminasi buatan," lanjutnya.

Bahkan, Rendra menyebut jika dirupiahkan, kontribusi 67 pejuang ini bisa mencapai Rp 500 miliar setiap tahunnya. Perhitungan ini realistis, lantaran di Malang ada sedikitnya 60.000 anak sapi atau pedhet yang lahir saban tahun.

Jika satu pedhet berumur lima hingga enam bulan itu bisa laku seharga Rp 8,5 juta. Tentu jika dikalikan hasilnya mencapai lebih dari Rp 500 miliar.

"Hanya kurang lebih 67 orang mereka. Alhamdulillah dengan semangatnya lebih dari 60.000 anak sapi atau pedet yang lahir di setiap tahunnya, dan itu jelas kalau umur 5 bulan 6 bulan itu harganya Rp 8,5 juta, kalikan saja bisa mencapai Rp 500 miliar lebih yang disumbang oleh mereka per tahunnya," papar Rendra.

Tak Hanya Lumbung Padi, Jatim Juga Lumbung Sapi Nasional

Jawa Timur terkenal sebagai lumbung padi nadional. Sebutan ini pun tak berlebihan lantaran data Kementerian Pertanian tahun 2017, Jatim mampu memproduksi 13,13 juta ton beras. Dalam hal ini, Jatim mengambil bagian 16,1% dari produksi nasional.

Namun, selain terkenal sebagai lumbung padi nasional, tak salah rasanya menyebut provinsi yang dipimpin Gubernur Soekarwo menjadi lumbung sapi. Dari data yang ada, hingga akhir tahun masih tersedia 322.852 ekor sapi di Jatim.

Secuil Potret Desa Wonoayu dalam Wujudkan Jatim Lumbung Sapi NasionalFoto: Hilda Meilisa Rinanda

Tak hanya itu, untuk proses regenerasi, peternakan sapi di Jatim memiliki peran yang sangat berpengaruh. Pasalnya, dari target kelahiran sapi nasional sebanyak 2,4 juta di tahun 2017. Jatim mampu memenuhi 43,75% kelahiran, yang mana datanya sebanyak 1 juta lebih pedhet yang dihasilkan.

Berdasarkan data ini, Kepala Dinas Peternakan Jatim Wemmi Niamawati mengatakan Jatim mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 78 triliun. Wemmi mengibaratkan jika ada kelahiran sebanyak satu juga ekor pedhet, dan dikalikan dengan harga pedhet berusia enam bulan yang mencapai Rp 7,5 juta, akan terkumpul Rp 78 triliun.

"Jadi satu juta itu apabila kita kalikan harga pedet itu umur enam bulan seharga Rp 7,5 juta kita sudah memberikan kontribusi terhadap pemerintah Rp 78 triliun," ungkap Wemmi.

Sementara untuk target di tahun 2018, Wemmi menambahkan Jatim akan memenuhi 43,72% dari target nasional.

Pemenuhan target ini tak lepas dari upaya pemerintah dalam melakukan IB. Di tahun 2017, Jatim telah menyanyikan semen beku pada 1.365.138 sapi betina. Sementara jumlah sapi yang berhasil bunting mencapai 1.146.716.

Tak hanya gencar dalam melancarkan program Upsus Siwab melalui IB dan pemeriksaan berkala. Pemerintah juga memiliki berbagai upaya lainnya. Wemmi menyebut ada kegiatan pengendalian ternak sapi dengan pembatasan pemotongan betina produktif.

"Oleh karena itu upaya kita selain program Upsus Siwab, yang kedua adalah kegiatan pengendalian terhadap ternak sapi, pengendalian pemotongan betina produktif," lanjutnya.

Bagi Wemmi, pengendalian pemotongan betina produktif ini sangat penting. Tak hanya itu, jika ada peternak yang melanggar, Wemmi menyebut ada beberapa undang-undang nomor 41 tahun 2014 yang mengatur hal ini. Sebelum menindak, Wemmi kerap melakukan sosialisasi pada peternak.

Secuil Potret Desa Wonoayu dalam Wujudkan Jatim Lumbung Sapi NasionalFoto: Hilda Meilisa Rinanda

Sementara dalam mengawasi hal ini, Wemmi mengatakan pihaknya telah bekerjasama dengan Bhabinkamtibmas Polda Jatim. Hukuman bagi peternak yang menyembelih sapi betina pun tak main-main. Pelaku akan mendapatkan kurungan penjara selama satu tahun dengan denda Rp 100 juta hingga penjara tiga tahun dan denda Rp 300 juta.

"Memang diatur dalam undang-undang 41 nomor 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan, jadi setiap orang dilarang memotong ternak betina produktif besar maupun kecil. Jadi ada sanksi denda dan pidana," paparnya.

Selain menindak tegas penyembelih sapi betina, Wemmi juga memiliki program lain dalam meningkatkan produktifitas sapi betina. Misalnya memenuhi kebutuhan pakan ternak dengan kualitas nomor wahid. Wemmi menyebut program ini bertahuk penanaman Hijauan Pakan Ternak (HPT).

"Oleh karena itu di samping pengendalian betina produktif, juga harus ada Hijauan Pakan Ternak. Jadi kualitas pakan harus terpenuhi," lanjutnya.

Tahun ini, pemerintah akan menambah lahan yang dijadikan HPT selebar 30 hektare. Sebelumnya, Wemmi menyebut telah ada 220 hektare lahan HPT yang tersebar di seluruh Jatim.

"Pemerintah telah memberikan Hijauan Pakan Ternak sebanyak 220 hektare ditambah 30 hektare tahun ini, sehingga 250 hektare akan ditanami hijauan pakan ternak," papar Wemmi. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.