"Naik dari dua minggu kemarin, dari harga kedelai di koperasi yang hanya Rp 7.500 menjadi Rp 7.700," ujar pedagang tempe, Cholis ditemui saat berjualan di Pasar Waru, Minggu (9/9/2019).
Namun dari kenaikan ini, Cholis mengaku dirinya juga tidak bisa menaikkan harga tempenya. Justru, mau tidak mau keuntungannya harus sedikit berkurang.
"Saya jualnya dengan harga tetap, ya mau ndak mau keuntungan saya harus dikurangi," imbuhnya.
Tak hanya itu, selain keuntungannya berkurang, Cholis menambahkan beberapa pekan ini penjualan tempenya juga semakin sepi. Dulu, dirinya selalu menghabiskan 50 kg tempe setiap hari, namun kini tak menentu.
"Sekarang lumayan sepi, ini juga masih banyak," lanjutnya sembari menunjukkan dagangannya yang masih menumpuk.
Sementara salah satu pembeli Lilik mengaku tidak ada kenaikan harga tempe. Namun, dia merasakan tempe yang dibelinya dengan harga sama, ukurannya lebih kecil.
"Harga tempe sih tetap, tapi saya ngerasanya kalau ukurannya tambah kecil," imbuhnya.
Hal senada diungkapkan Arifin (45), penjual tempe di Pasar Sepanjang. Dirinya tidak bisa menaikkan harga tempa. Apalagi yang beli pedagang sayur keliling.
"Harganya nda bisa dinaikkan. Tempenya saja yang terpaksa diperkecil. Apalagi di sini tempat kulakan pedagang-pedagang sayur keliling," tandas Arifin. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini