Perkebunan ini adalah Kali Selogiri. Perkebunan ini membudidayakan cacing lumbricus rubellus untuk mengolah tanah agar tetap subur. Selain itu, kebun di bawah PT Perkebunan Nusantara XII itu juga mengolah limbah kulit kopi menjadi pupuk organik.
Manajer Kebun Selogiri Benny Hendrik Trianto mengatakan, pengembangan cacing tersebut tak lain untuk menjaga kualitas tanah tetap subur. Pupuk ini dinamankan pupuk kascing. Nama kascing merupakan kependekan dari bekas cacing. Pupuk ini juga diproduksi secara mandiri Kebun Kali Selogiri. Bahan bakunya adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak yang dipelihara di sekitar kebun Kali Selogiri.
"Proses pembuatan pupuk kascing ini sangatlah mudah. Bahan dasar pupuk kandang basah sebanyak 15 kg, diberikan cacing jenis lumbricus rubellus sebanyak 200 gram. Pupuk kandang yang sudah dicampur cacing kemudian dibiarkan selama 2 minggu. 15 kg pupuk kandang yang diproses akan menghasilkan kurang lebih 7,5 kg pupuk kascing," ujarnya kepada wartawan, Jumat (7/9/2018).
Benny menambahkan, saat ini Kebun Kali Selogiri memiliki 14 pondok untuk pembuatan pupuk kascing. Satu pondok bisa memproses 600 karung pupuk kandang dengan berat masing-masing karung 15 kg. Setiap harinya ada satu pondok pupuk kascing yang bisa dipanen. Sehingga produksi harian pupuk kascing mencapai 4,5 ton.
"Setelah pupuk kascing dipanen, cacing bisa dipindahkan ke pupuk kandang yang baru," ujar pria yang hobi memelihara burung berkicau ini.
Selain pupuk anorganik, Benny mengatakan jika dirinya memanfaatkan limbah sisa produksi kopi untuk dijadikan pupuk. Caranya, kulit kopi yang telah dipisahkan dari bijinya kemudian di saring melewati empat lokasi penyaringan berskat. Setelah itu kulit kopi yang ada di dekomposisi untuk menurunkan C/N rasionya agar nantinya mudah diserap oleh tanah.
Sedangkan air sisa penyaringan kulit dialirkan melalui sungai kecil yang dibuat oleh Perkebunan melewati kebun-kebun kopi dan tanaman lainya. "Ada sepuluh embung yang dilewati aliran air sisa produksi kopi, air-air itu juga untuk mengairi tanaman. Sedangkan kulit kopi kitakami jadikan pupuk organic atau pupuk bokasi untuk meningkatkan kualitas produksi tanaman," ujarnya.
Dia juga menambahkan setiap embung dijaga oleh petugas dari perkebunan untuk memastikan jika aliran air berjalan sesuai dengan peruntukanya. Karena tak jauh dari aliran tersebut ada sungai yang mengalir ke pemukiman warga. Termasuk jika ada kulit kopi yang terbawa akan disaring untuk dipindahkan sebagai pupuk tanaman.
"Dari produksi yang cukup bagus ini kami masih bisa terus melakukan ekspor kopi ke Amerika, Singapura, Jepang dan beberapa Negara Eropa," tandasnya.
Hasilnya, produksi tanaman kopi yang dihasilkan Perkebunan Kali Selogiri mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Tercatat, untuk satu hektare lahan kopi yang ada, Perkebunan Kaliselogiri mampu memproduksi 1.100 kilogram kopi. Angka produksi tersebut termasuk yang tertinggi yang bisa diproduksi perkebunan di bawah PTPN XII. Bahkan dalam sebulan, kebun yang ditanganinya mampu memproduksi hingga 240 ton biji kopi. Salah satu sistem yang menurutnya mampu membuat produksi meningkat adalah dengan melakukan variasi pupuk.
Keberhasilan Kebun Kali Selogiri mengembangkan dan menerapkan pupuk kascing dan pupuk dari kulit kopi ini mendapatkan apresiasai dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Dinas Pertanian Banyuwangi bahkan sudah datang untuk melihat langsung proses pembuatan dan hasil penerapannya pada tanaman.
"Dinas Pertanian sudah datang langsung melihat ke lokasi pembuatan kascing dan kulit kopi. Mereka akan meniru untuk kebutuhan pupuk bagi masyarakat," pungkas Benny. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini