Rayakan Kemerdekaan, Para Santri di Kediri Main Sepak Bola Api

Rayakan Kemerdekaan, Para Santri di Kediri Main Sepak Bola Api

Andhika Dwi - detikNews
Senin, 03 Sep 2018 10:55 WIB
Foto: Andhika Dwi
Kediri - Tak ada kata terlambat untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan RI. Seperti halnya yang dilakukan para pemuda di Kabupaten Kediri ini. Sembari merayakan kemerdekaan, mereka juga menghidupkan kembali kesenian sepak bola api.

Setelah berdoa bersama, 1 buah kelapa yang telah direndam minyak tanah diletakkan di tengah lapangan untuk kemudian dibakar dan siap diperebutkan para pemain. Dua tim yang memainkan sepak bola api masing-masing terdiri atas 5 orang.

Dengan bertelanjang kaki, para pemuda ini kemudian saling berebut buah kelapa yang telah dibakar, seolah berebut bola sepak yang biasa dimainkan di lapangan sepak bola.

Para pemuda yang terlibat dalam permainan ini sebenarnya adalah para santri di Pondok Pesantren Al Maruf.


Menurut KH Hafid, tokoh agama dan sesepuh Dusun Juranguluh, Desa Kedawung, ia merasa bersyukur dengan apa yang dilakukan oleh para pemuda dan santri Pondok Pesantren Al Maruf karena masih mau melestarikan budaya kesenian sepak bola api.

"Dulu sempat berhenti, kesenian macam ini entah karena apa, namun InsyaAllah mulai tahun ini sepak bola api kembali digiatkan oleh pemuda dan santri," jelasnya kepada detikcom, Minggu (2/9/2018) malam.

Senada dengan KH Hafid, Nur Chafid Mansyur, pengasuh Ponpes Al Maruf mengaku sejak dulu ponpesnya memang memiliki kekhususan, utamanya dalam hal olah batin dan kemampuan.

Terbukti kendati sepak bola api sudah jarang dimainkan namun pemuda dan santri Ponpes Al maruf masih berani dan tetap melestarikan kesenian sepak bola api karena menjadi tradisi dan bagian dari Ponpes Al Maruf.

"Inilah kekhususan Santri Ponpes Al Maruf, bahkan dulu ponpes ini sering disebut dengan pondok gemblengan, karena olah batin dan fisik serta ajaran agamanya," terangnya.


Bagi pemuda Dusun Juranguluh sendiri, sepak bola api bukan hanya suatu kesenian budaya dan olahraga, namun juga telah menjadi salah satu cara mempersatukan bangsa.

Indra (25) contohnya, salah satu pemuda yang mempelopori dan menggerakkan pemuda desa dan santri menggelar kesenian sepak bola api mengaku bangga dan senang menjadi bagian sejarah karena melestarikan sepak bola api.

Ia tak gentar meskipun terdapat sejumlah luka pada kaki dan lututnya akibat terjatuh dan terbentur kaki lawan. Menurutnya, itu berkat doa para kiai dan persiapan yang mereka lakukan sejak jauh-jauh hari.

"Saya senang dan bangga menjadi bagian dari sepak bola api ini, karena ikut melestarikan budaya dan kesenian bangsa, apalagi dulu ponpes ini telah menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa," tegas Indra. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.