Serunya Perang Cambuk dalam Kesenian Tiban Khas Trenggalek

Serunya Perang Cambuk dalam Kesenian Tiban Khas Trenggalek

Adhar Muttaqin - detikNews
Jumat, 31 Agu 2018 10:45 WIB
Foto: Adhar Muttaqin
Trenggalek - Menyambut hari jadi Kabupaten Trenggalek yang ke-824, puluhan warga menyaksikan kesenian tradisional Tiban atau adu cambuk. Meski terlihat sadis, nyatanya ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Kali ini seni Tiban atau tibo udan (turun hujan) tersebut digelar di Lapangan Kelurahan Sumbergedong, Kecamatan Trenggalek. Sejumlah komunitas pecinta seni Tiban dari berbagai kecamatan di Trenggalek berkumpul untuk saling beradu ketangkasan dalam perang cambuk.

Tiban sendiri diikuti oleh dua orang peserta yang diwajibkan bertelanjang dada. Dengan berbekal cambuk yang terbuat dari sekumpulan lidi pohon aren, masing-masing peserta secara bergiliran diberikan kesempatan untuk menyabetkan cambuk ke tubuh lawan. Namun lawannya diperkenankan melindungi diri dengan cambuk yang dibawanya. Tiap peserta juga dilarang menyabet bagian tubuh yang vital.


Salah seorang peserta senior Tiban asal Desa Ngares, Sasminto, mengatakan beberapa larangan dalam kesenian Tiban adalah tidak diperkenankan mencambuk bagian kepala.

"Jadi yang boleh dicambuk itu bawah kepala dan atas lutut, kemudian para peserta tidak boleh memiliki sifat pendendam maupun mudah marah, karena ini kesenian jadi tidak boleh marah saat terkena sabetan," jelasnya kepada detikcom, Jumat (31/8/2018).

Pria yang mengaku telah menggeluti kesenian Tiban sejak remaja ini pun mengaku tak kapok meski sering terluka.

"Luka itu bagian dari risiko, seperti ini (lecet) biasanya kurang dari satu minggu juga sudah sembuh sendiri," ujarnya.

Sasminto menambahkan, pada zaman dahulu, tradisi Tiban dikaitkan dengan ritual untuk meminta hujan di tengah kemarau panjang. Akan tetapi saat ini penyelenggaraan Tiban hanya sebatas sebagai kesenian yang ditampilkan pada acara-acara tertentu saja.

"Ini hanya melestarikan seni saja, seperti ini tadi saya baru saja kerja mengecat, begitu ada kabar Tiban saya langsung bergegas ke sini," kata Sasminto.

Sementara itu Ketua Panitia Tiban Kelurahan Sumbergedong, Bambang Eko Sutarjo, mengatakan tradisi ini sengaja digelar untuk meramaikan peringatan Hari Jadi Ke-824 Trenggalek.

"Kebetulan saat ini musim kemarau panjang. Kalaupun ada yang memaknai agar turun hujan ya monggo, tapi yang jelas kami ingin memeriahkan Hari Jadi Trenggalek. Kalau biasanya perayaan hanya dilakukan pemerintah, kali ini para pemuda yang menginisiasi," ungkapnya. (lll/lll)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.