Kerajinan ini diinisiasi oleh salah serang narapidana bernama Kolil, warga Desa Janti, Kecamatan Wates, Kediri. Berbekal jiwa seni yang dimiliki, ia memanfaatkan nasi sisa jatah makan para warga binaan.
Nasi yang sebagian mulai basi tersebut selanjutnya dicampur dengan adonan bubur kertas yang terbuat dari kardus bekas. Sedikit demi sedikit, ia kemudian menempelkan adonan bubur kertas itu menjadi bentuk naga.
Sedangkan pewarna yang digunakan juga memanfaatkan beberapa barang-barang sisa yang ada di dalam rutan seperti tembakau serta karbon hitam yang didapatkan dari baterai bekas.
Kolil mengaku ketika pertama kali membuat kerajinan dari nasi bekas ini, ia sempat diprotes oleh sejumlah napi lain karena bahan baku nasinya menimbulkan bau tidak sedap.
"Awalnya saya buat itu di depan ruang tahanan, kemudian sama Pak Adi (Kasubsi Pelayanan Tahanan) justru difasilitasi dan diarahkan untuk membuat di bengkel kerja," kata Kolil saat berbincang dengan detikcom, Selasa (21/8/2018).
Untuk membuat satu kerajinan, Kolil biasanya membutuhkan waktu rata-rata satu minggu, namun ini bisa bertambah jika desainnya lebih besar atau lebih rumit.
Kolil sendiri mengaku memilih memanfaatkan kardus bekas dan nasi basi untuk kerajinan karena mudah dibuat dan hasil karyanya cukup ringan.
![]() |
Kegiatan yang mengasah kreativitas tersebut kini diikuti oleh sejumlah narapidana dan tahanan lain. Mereka pun bisa membuat aneka bentuk kerajinan, mulai dari naga, ayam jago hingga lambang perguruan silat.
Gayung bersambut, kerajinan tangan yang dibuat Kolil dan rekan-rekannya kini juga diminati oleh sejumlah keluarga warga binaan.
"Biasanya pemesan itu akan membawa gambar, kemudian saya buat. Yang susah itu kalau tidak ada gambarnya, tapi tetap bisa," jelasnya.
Satu karya seni buatannya rata-rata dijual Rp 100 ribu. Keuntungannya kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di dalam tahanan seperti membeli peralatan mandi dan mencuci.
"Ini juga sekaligus menjadi hiburan bagi napi yang jarang dibesuk seperti saya ini, ya Alhamdulillah," ujar Kolil.
Sementara itu, Kasubsi Pelayanan Tahanan Rutan Trenggalek, Adi Santosa mengapresiasi kreativitas yang dibuat oleh warga binaannya. Awalnya pihaknya tidak mengetahui adanya pembuatan kerajinan tersebut.
"Saya tahunya pada saat mengecek ruang tahanan, ternyata ada itu, karena pada saat proses pembuatan menimbulkan bau tidak sedap, makanya kami minta untuk dialihkan ke bengkel, sehingga mereka bisa berkreasi dengan baik dan tidak mengganggu yang lain," tutur Adi.
Rencananya pihak Rutan Trenggalek akan terus memfasilitasi kerajinan yang dibuat para napi tersebut, bahkan juga akan disediakan tempat pameran di dekat ruang besuk warga binaan.
"Kami juga akan mengikutkan ke sejumlah pameran yang ada di Trenggalek," imbuhnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini