"Aliran air saya matikan, tapi gasnya bisa tetap keluar," ujar Muhajir kepada detikcom di rumahnya di Dusun Karasan, Desa Waruk Tengah, Kecamatan Pangkur, Ngawi, Kamis (9/8/2018).
Untuk keperluan mandi dan memasak, pria 52 tahun itu terpaksa mengambil air di musala. Untungnya jarak antara rumah dan musala tidak jauh, hanya sekitar 20 meter. Muhajir hanya memasang selang yang disambungkan dari pipa sumur masjid dan di salurkan ke bak kamar mandi rumahnya.
"Untuk mandi dan memasak saya ambilkan air dari musala di depan rumah. Gak berani ambil dari sumur sendiri, saya takut karena baunya gas, takut kalau beracun," ungkap Muhajir.
Dikatakan Muhajir, dirinya tinggal di rumah bersama istri Siti Masruroh (42) serta kedua anaknya Rofik Hhoirul Fatiqin (23) dan Huda Khoirul Rizikin (12). Dari pengakuan Muhajir, sumur dibuat tahun 1984 dengan kedalaman hanya 12 meter. Sumur yang dibuat dengan cara dibor itu dipasang pipa besi ukuran 2 inchi.
"Sumur ini saya buat tahun 1984. Kenapa letaknya di dalam rumah, karena duluan buat sumur daripada membangun rumah. Kalau rumah Jawa kan seperti ini, kamarnya tiap penghubung tiang satu ke tiang lain gitu. Ukuran kamar hanya 2x3 meter," ucapnya.
Gas diketahui menyembur sejak hari Minggu (5/8) atau bersamaan dengan munculnya semburan air setinggi 30 meter di Desa Sidolaju Kecamatan Widodaren. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini