Pingin Lihat Gerhana Bulan Total, Datang Aja ke BMKG Karangkates

Pingin Lihat Gerhana Bulan Total, Datang Aja ke BMKG Karangkates

Muhammad Aminudin - detikNews
Jumat, 27 Jul 2018 13:47 WIB
Foto: istimewa
Malang - BMKG Karangkates, Kabupaten Malang, menyiapkan pengamatan langsung gerhana bulan total yang terjadi 28 Juli mendatang. Masyarakat bisa turut terlibat dan melihat fenomena alam dengan mendatangi BMKG Karangkates.

Durasi terjadinya gerhana bulan total diperkirakan lebih lama sepanjang sejarah. Kepala BMKG Karangkates Musripan menyatakan, pengamatan digelar di halaman kantornya pada saat terjadinya gerhana bulan total nanti.

"Mengingat peristiwa GBT (gerhana bulan total) pada 28 Juli 2018 merupakan peristiwa langka dan terkait tugas pokok BMKG, maka BMKG Karangkates Malang akan melakukan pengamatan GBT 28 Juli 2018 di halaman kantor BMKG Karangkates atau langsung melalui https://www.bmkg.go.id/gbt," ungkap Musripan kepada detikcom, Jumat (27/7/2018).

Dikatakan Musripan, GBT bakal terjadi selama 103 menit, dan ini merupakan yang terlama, hingga lebih dari 100 tahun ke depan. "GBT yang akan datang dengan fase totalitas lebih lama adalah GBT 9 Juni 2123, mencapai 106 menit, sayangnya gerhana tersebut tidak teramati dari Indonesia.

Adapun GBT dengan fase totalitas diamati dari Indonesia adalah GBT 19 Juni 2141 dengan durasi waktu 106 menit. GBT sebelumnya dengan totalitas lebih lama daripada GBT 28 Juli 2018 adalah GBT 16 Juli 2000, dengan fase totalitas mencapai 106 menit," beber Musripan.


Dia menjelaskan, gerhana bulan merupakan peristiwa terhalangnya cahaya matahari oleh bumi, sehingga cahaya tidak semuanya sampai ke bulan. Pperistiwa ini terjadi akibat dinamisnya pergerakan posisi matahari, bumi, dan bulan yang hanya berlangsung saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

"Ini merupakan gerhana bulan total terlama pada abad 21," jelas Musripan.

Proses gerhana bulan total pada 28 Juli 2018, kata Musripan, dimulai ketika piringan bulan mulai memasuki penumbra bumi pada pukul 00.13 WIB. Setelah itu, kecerlangan Bulan lebih redup dibandingkan dengan kecerlangannya sebelum gerhana.

Kecerlang yang dimaksud adalah bulan kelihatan cemerlang setelah ketutupan gerhana. "Perubahan kecerlangan ini tidak dapat dideteksi oleh mata tanpa alat. Hanya dapat di deteksi dari hasil perbandingan perekaman antara sebelum gerhana dan setelah gerhana.

Ketika piringan bulan memasuki umbra bumi pukul 01.24 WIB, fase gerhana sebagian di mulai. Hal ini ditandai dengan sedikit lebih gelapnya bagian bulan yang mulai memasuki umbra bumi," sebut Musripan.

"Semakin lama maka bagian gelap ini semakin besar, hingga akhirnya seluruh piringan bulan memasuki umbra bumi pukul 02.30 WIB. Sejak itu, bagian Bulan memerah dan mencapai puncak merah yang merupakan saat puncak gerhana pada pukul 03.22 WIB," ungkap dia.


Ditambahkan, memerahnya piringan bulan ini, karena cahaya matahari dihamburkan atmosfer bumi, selanjutnya bagian cahaya merahnya diteruskan sampai ke bulan. Kemudian, karena itu fase totalitas, gerhana bulan total akan berwarna kemerahan.

"Peristiwa memerahnya piringan bulan saat fase totalitas ini berakhir pukul 04.13 WIB, ketika piringan bulan memasuki penumbra bumi. Sejak itu, piringan bulan terlihat gelap kembali plus dengan adanya bagian terang pada piringan bulan, yang menandakan peristiwa gerhana bulan sebagian kembali terjadi," urainya.

Seiring waktu, lanjut dia, bagian yang terang semakin membesar hingga akhirnya seluruh piringan bulan meninggalkan umbra bumi pukul 05.19 WIB. Saat itu, bulan berada di bagian penumbra bumi, sehingga peristiwa gerhana bulan penumbra kembali terjadi.

"Kini bulan semakin cemerlang, meskipun kurang cemerlang dibandingkan purnama biasa hingga gerhana selesai pukul 06.30 WIB, saat bulan meninggalkan penumbra bumi," tutupnya.



Tonton juga 'Tetap Waspada Ya! Ini Efek Gerhana Bulan Total':


(iwd/iwd)
Berita Terkait