Tradisi warga daerah terluar Kabupaten Probolinggo itu biasa disebut 'Ngater Kajien'.
Menariknya, dalam tradisi ini, para calon jemaah haji (CJH) diantar menggunakan kapal laut jenis Jonggrang dari pulau Gili Ketapang menyeberang ke Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo.
Kapalnya pun dihias sedemikian rupa seperti dipasang bendera warna-warni dan umbul-umbul. Ada pula sejumlah poster bertuliskan ucapan selamat menunaikan ibadah haji bagi para CJH.
Tak hanya itu, kapal laut yang mampu mengangkut penumpang hingga 150 orang itu juga dilengkapi pengeras suara sebagai hiburan bagi para CJH maupun warga pengantar.
Amanjaya, salah seorang pengantar CJH, ada sekitar 20 kapal Jonggrang yang digunakan untuk mengantar para CJH dalam tradisi tahun ini.
"Kegiatan seperti sudah biasa dilakukan tiap momen keberangkatan haji pak. Ya sudah menjadi tradisi sejak jaman nenek moyang dulu hingga sekarang," tutur Amanjaya kepada detikcom, Rabu (25/7/2018).
Warga meyakini dengan mengantarkan CJH maka mereka akan mendapatkan berkah yang sama, yaitu menyusul naik haji di kesempatan berikutnya.
"Selain mengharap berkah, ya untuk mendoakan semoga diberikan selamat dan kelancaran kepada para CJH yang hendak menunaikan ibadah ke tanah suci Mekkah," tandasnya.
Usai bersandar di pelabuhan, para CJH asal Gili Ketapang ini kemudian diantar menuju meeting point di Kecamatan Dringu dengan bus. Untuk selanjutnya mereka diberangkatkan bersama CJH-CJH lainnya asal Kabupaten Probolinggo lainnya ke Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
Dari data kantor Kementerian Agama Kabupaten Probolinggo, total ada 18 orang CJH yang berasal dari pulau Gili Ketapang, terdiri atas 6 CJH perempuan dan 12 CJH laki-laki.
Selepas mengantar calon jemaah haji, warga biasanya menghabiskan waktu untuk berziarah ke makam sunan dan para wali atau sekadar jalan-jalan.
Tonton juga 'Calon Haji Kedapatan Selundupkan Rokok':
(lll/lll)