Dalam surat itu, Soeharto ingin menuliskan nasib para mantan atlet disabilitas yang jarang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Surat itu akan ditulis menggunakan huruf Braille dengan mesin ketik miliknya yang sudah usang.
"Saya kesal dengan nasib mantan atlet yang kurang diperhatikan oleh pemerintah. Berbeda dengan di luar negeri yang sangat diperhatikan," ujar Soeharto kepada detikcom, Selasa (24/7/2018).
Menurut Soeharto, di masa tuanya, tidak semua atlet di Indonesia memperoleh tunjangan-tunjangan atas prestasi yang diperolehnya saat masih aktif.
"Saya akan kirim surat ke pak Jokowi kalau tidak ada yang membantu. Paling tidak menteri," ujar Soeharto yang pernah menjadi penyalin tulisan huruf Braille di YPAB Tegalsari tersebut.
Namun keinginan itu diurungkan oleh Soeharto ketika Menpora datang mengunjunginya hari ini. Dalam kesempatan ini, Nahrawi juga datang untuk memberikan bantuan, termasuk membantu menyampaikan keluh-kesah yang dipendamnya sekian lama.
"Saya bersyukur pak menteri datang. Orangnya baik dan membantu menyampaikan ke pak Jokowi," ungkap Soeharto.
Nahrawi juga sempat menawarkan kepada Soeharto untuk menjadi mentor bagi atlet disabilitas muda.
"Bapak mau kalau ada atlet-atlet paralimpic datang menimba ilmu ke bapak? Apa bapak mau berbagi ilmu dan pengalaman biar mereka tertular prestasinya," harap Nahrawi.
Tonton juga video: 'Nge-Vlog Bareng, Jokowi dan Menpora Ganteng Malaysia Saling Puji'
(lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini