Saat masih menjadi atlet, Soeharto secara materi tercukupi. Bahkan ia mempunyai usaha mebel di tanah kelahirannya, Probolinggo. Namun usaha itu bangkrut karena tertipu.
"Pernah buka usaha meubel di kampung kelahiran dulu, di Probolinggo. Namun ditipu saudara. Katanya laku tapi uangnya ndak pernah dikasih ke saya. Katanya ditabung. Ya wis, lha capek dibohongin terus," ujar Soeharto kepada detikcom, Senin (23/7/2018).
Soeharto kemudian menceritakan awal mulanya ia menggantungkan hidupnya dengan membuka jasa pijat tradisional di rumahnya. Soeharto menyiapakan ruang berukuran 2x2 meter yang berada di samping rumahnya untuk menerima jasa pijat. Ia mengawali menjadi tukang pijat ketika sudah tidak berkerja lagi di Yayasan pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) di kawasan Tegalsari.
Saat di YPAB, Soeharto juga memiliki keahliaan khusus yakni sebagai penyalin tulisan braille ke bahasa latin. Pekerjaan itu ia jalani selama bertahun-tahun hingga akhirnya ia pensiun dan akhirnya membuka jasa pijat tunanetra yang keahliannya ia dapat selama bersekolah.
"Setelah saya dan istri pensiun saya membuka jasa pijat di samping rumah," kata Soeharto.
Untuk pijat, Soeharto memasang tarif Rp 50-100 ribu. Dalam sehari tak banyak rezeki yang diperoleh Soeharto dalam membuka jasa pijat.
"Sehari pernah dapat 3 orang. Kadang juga tidak ada," ungkap Soeharto.
Meski begitu, Soeharto tetap gigih terus bekerja. Ia memilih pekerjaan itu dari pada meminta belas kasih dari orang lain.
"Saya terus berupaya. Tapi tak begitu ngoyo. Hanya untuk makan berdua saja. Anak juga tidak punya," lanjut Soeharto.
Soeharto mengatakan hasil dari memijat yang tak banyak itu ia belikan bahan untuk makan sehari-hari seperti beras, mi, dan lain sebagainya.
"Kadang untuk masak. Tapi tidak setiap hari. Kadang beli. Yang penting ada mi, kecap, dan nasi sudah cukup. Kadang untuk beli token listrik juga," ujar Soeharto.
Namun jasa pijat yang ia buka lebih banyak tutupnya ketika ia harus merawat istrinya yang mengalami sakit selama 3,5 tahun. Bahkan empat bulan terakhir ia harus fokus merawat istrinya.
"Akhir-akhir ini berhenti karena saya harus merawat istri yang sakit," kata Soeharto.
Tonton juga 'Ini Ayuk, Hafizah Tunanetra Berprestasi dari Ponorogo':
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini