"Ya gimana lagi, mencari ikan di laut adalah pekerjaan kami demi menghidupi keluarga. Meski ombak masih tinggi, kita tetap berangkat," kata salah seorang nelayan Puger, Dani, Sabtu (21/7/2018).
Dia mengaku tidak ada persiapan khusus dalam menghadapi ombak besar. Sebab kondisi ini merupakan hal yang sering terjadi hampir setiap tahun.
"Ada musimnya ombak landai, ada musimnya ombak tinggi. Sudah seperti itu. Ya kita tetap melaut, tidak ada persiapan khusus," kata Dani.
Pria ini hanya berharap agar pemerintah menambah panjang pemecah ombak yang ada di Pantai Puger, utamanya yang dekat Plawangan. Sebab selama ini batu pemecah ombak tidak berfungsi maksimal karena kurang panjang.
"Kurang maksimal, hampir tiap tahun pasti ada korban nelayan yang keluar-masuk melalui Plawangan, karena pemecah ombaknya kurang panjang," tandasnya.
Sementara pencarian salah satu ABK Joko Berek, Syafii, belum membuahkan hasil. Petugas gabungan terus melakukan penyisiran sepanjang pantai hingga radius 2 km dari lokasi tenggelamnya kapal penangkap ikan itu.
"Belum, belum ditemukan. Ini petugas gabungan masih terus melakukan penyisiran," kata petugas tim pencarian dari Basarnas Jember, Rudi Prahara.
Kapal Joko Berek tenggelam usai dihantam ombak saat memasuki Plawangan Puger, Kamis (19/7) pagi. Dari peristiwa ini, 8 ABK tewas dan satu masih dalam pencarian. Sedangkan 12 ABK bersama nakhoda kapal berhasil selamat. (fat/fat)