Masyarakat Beralih ke Telur Bentesan, Ini Peringatan Dinas Kesehatan

Masyarakat Beralih ke Telur Bentesan, Ini Peringatan Dinas Kesehatan

Erliana Riady - detikNews
Selasa, 17 Jul 2018 11:33 WIB
Foto: Erliana Riady/File
Blitar - Mahalnya harga telur membuat masyarakat, khususnya di wilayah Blitar beralih membeli telur bentesan atau telur yang cangkangnya sudah rusak. Harganya boleh relatif lebih murah.

Akan tetapi Kasi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Christine Indrawati menilai masyarakat harus paham risiko yang dihadapi jika mengkonsumsi telur bentesan ini.

"Pertama, jelas kandungan gizinya sudah tidak utuh lagi. Sudah terganggu. Kalaupun dimasak kumannya mungkin sudah mati. Tapi kandungan gizinya sudah berubah," jelasnya kepada detikcom, Selasa (17/7/2018).


Menurut Christine, dalam telur utuh ada lemak, protein, natrium, kalium, karbohidrat dan vitamin A, D dan B 12. Kandungan telur itu akan mudah rusak oleh bakteri yang masuk melalui cangkang yang rusak.

"Kena bakteri itu terutama proteinnya yang rusak. Sehingga masyarakat harus melihat. Jika bagian putih telur berubah warna menjadi kehijauan atau kebiruan dan berbau, artinya telur sudah rusak dan tidak layak konsumsi," bebernya.

Ditambahkan Christine, jenis kuman yang sering menginfeksi telur adalah Salmonella. Padahal bila kuman ini masuk ke dalam tubuh, akibatnya bisa sakit perut hingga diare.

"Jadi kalau ada yang sakit perut sampai diare setelah makan telur, patut dicurigai apakah telurnya bermasalah," pesannya.


Lalu bagaimana masyarakat mengenali makanan yang diolah dari bahan telur bentesan?

"Makanan olahan dari telur bentesan sebenarnya bisa diketahui dari aromanya lho ya. Beda aroma makanan dari telur utuh dan telur bentes. Kalau telur utuh aromanya gurih. Kalau telur bentesan tidak beraroma bahkan kadang justru tercium bau busuk," ungkapnya.

Christine pun mengimbau agar masyarakat lebih cerdas dalam memperhitungkan untung rugi mengkonsumsi telur bentesan ini. Dari sisi harga sebenarnya bedanya tidak sampai Rp 10 ribu per kg. Namun risiko kesehatan yang mengancam konsumsi telur rusak cangkang ini belum tentu bisa disembuhkan dengan obat yang harganya sepadan atau bahkan lebih. (lll/lll)
Berita Terkait