"Mungkin nanti ke depan akan dikasih tanda-tanda khusus seperti papan tulisan rawan," ungkap Plt Wali Kota Malang Sutiaji kepada wartawan, Kamis (12/7/2018).
Dia menjelaskan tanda larangan yang dipasang bisa menjadi imbauan bagi pemulung ataupun masyarakat untuk menjauhi zona rawan.
"Tanda larangan bisa menghindari adanya kejadian tak diinginkan. Khusus korban yang diduga hilang, informasinya dari saksi, teman-teman pemulung lain sudah melarang untuk (mengambil) di situ, tapi karena sampah itu sampah yang nilai harga jualnya tinggi, walaupun sudah dilarang pun tetap ingin menjangkau," terang Sutiaji.
"Dari tiga orang (pemulung), rupanya yang dua orang selamat. Tapi nggak tau (dua) orang itu ke mana. Yang satunya, ini sampai sekarang belum ketemu. Dan mudah-mudahan (saksi) hanya salah lihat saja. Tapi infonya tadi memang ada satu yang belum ketemu," sambung Sutiaji.
Sementara itu Pemkot Malang akan melakukan pengawasan terus-menerus. Sebab, meski sudah terpasang tanda larangan, terkadang justru malah dilanggar.
"Selain itu kita lihat memang lahan ini (Supiturang), sudah cukup memprihatinkan. Setiap hari ada 500 ton sampah dengan 150 truk. Ini terus menumpuk dan kita cari solusi yang terbaik. Jadi ini juga ada pembelajaran bagi Pemkot (Malang) dan bagi pemulung supaya (tidak) hanya karena sesuatu dia mengesampingkan keselamatannya," tegas Cawalkot terpilih hasil penghitungan KPU di Pilwali 2018 ini.
Hari ini merupakan hari kedua pencarian, tim gabungan terdiri dari Polri, TNI, BPBD, relawan, serta dinas terkait bersama-sama menyisir gunungan sampah. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini