Sementara wanita 40 tahunan itu justru tertinggal di balik pintu dermaga pelabuhan. "Saya khawatir anak saya kelaparan di atas kapal. Mereka tidak bawa apa-apa. Apalagi yang kecil kondisinya sekarang agak sakit," kata Hayatun.
Mengetahui insiden itu, pihak petugas pelabuhan dan polisi berusaha menenangkan Hayatun. Pemudik asal Pulau Raas Madura itu langsung dibawa ke ruang lobi pelabuhan.
Hayatun kemudian menceritakan, awal terpisah dengan dua buah hatinya terjadi saat kapal feri tujuan Raas, Madura itu bersiap hendak berlayar. Saat itu, ia sengaja membeli 2 tiket untuk dirinya dan anak sulungnya, Erianti (14). Hayatun mengira anaknya yang masih kecil, yakni Anisa (7) tidak akan dikenakan tiket. Namun perkiraan Hayatun ini meleset.
Setibanya di tempat penarikan tiket, yakni di pintu dermaga petugas tetap meminta semua calon penumpang dikenakan tiket. Hayatun kemudian meminta dua buah hatinya lebih dulu masuk dan naik ke atas kapal agar bisa mencari tempat duduk. Sementara ia mencari tiket tambahan tiket.
Namun tak lama kemudian pihak pelabuhan mendadak menutup loket penukaran tiket karena penumpang kapal sudah penuh. Jika tetap dilayani, dikhawatirkan membuat kapal kelebihan muatan hingga beresiko pada keselamatan. Itulah kenapa ketika Hayatun kembali, pintu dermaga sudah ditutup sedangkan dua buah hatinya sudah naik ke atas kapal.
"Bagaimana dengan nasib anak saya itu pak," jerit Hayatun.
Petugas Pelabuhan dan aparat kepolisian langsung mengambil tindakan, yaitu mengontak pihak kapal KMP Dharma Kartika yang ditumpangi dua buah hati Hayatun. Petugas meminta agar pihak kapal membantu mencari keduanya dan merawatnya selama pelayaran.
"Syukur upaya ini tidak sia-sia. Kedua anak itu sudah ditemukan dan dalam perawatan pihak kapal. Kalau sudah sampai, nanti ada keluarganya yang menjemput ke pelabuhan Raas," tegas Kapolsek Jangkar, Iptu Pramana. (lll/lll)











































