Salah satunya Edi Cahyono (47), warga Dusun Pudaksari, Desa Puloniti, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto. Dalam sebulan terakhir menjelang hari raya Idul Fitri, Edi mengaku kebanjiran pesanan.
Untuk memenuhi permintaan tersebut, kapasitas produksi ditingkatkan hingga 10 kali lipat. Jika bulan-bulan sebelumnya dia hanya mengolah 5 kuintal kulit sapi mentah, dalam sebulan terakhir dia mampu mengolah hingga 5 ton kulit sapi.
"Kulit sapi itu saya olah menjadi sekitar 3,5 ton kerupuk rambak mentah (dalam Bahasa Jawa disebut krecek, red) siap goreng," kata Edi kepada wartawan di rumahnya, Selasa (5/6/2018).
Baca juga: Gurih dan Renyah Krupuk Rambak Biawak |
Para pemesan tak hanya datang ke tokonya yang terletak di pusat oleh-oleh kerupuk rambak Jalan Raya Bangsal, namun datang dari berbagai daerah di tanah air sebab Edi juga memasarkan kerupuk rambaknya secara online.
"Selain lokal Jawa Timur, pesanan ada yang dari Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Bali," ujarnya.
Melonjaknya pesanan menjelang lebaran juga otomatis membuat omzet bisnis bapak tiga anak itu turut meroket. Dalam sebulan terakhir, omzetnya tembus Rp 250 juta. Padahal bulan-bulan sebelumnya rata-rata hanya Rp 25 juta.
"Alhamdulillah keuntungan bersih saya sekitar Rp 25 juta," ungkapnya.
![]() |
Harga kerupuk rambak buatan Edi tergolong terjangkau. Untuk tiap kemasan berisi 500 gram kerupuk rambak siap goreng, ia menjualnya seharga Rp 45 ribu, sedangkan harga kerupuk rambak yang sudah digoreng dipatok Rp 120 ribu/kg.
"Kerupuk rambak ini kualitas super. Saya pakai kulit sapi yang bagus. Kalau digoreng bisa mekar dan gurih," terangnya.
Agar tak kewalahan memenuhi pesanan menjelang lebaran, Edi pun menambah jumlah pekerjanya. Suami Sukarsih (38) ini dibantu 15 orang yang mayoritas tetangganya sendiri.
Edi pun sempat menjelaskan rahasia di balik menghasilkan kerupuk rambak berkualitas. Lembaran kulit sapi direndam selama 48 jam di dalam air bercampur kapur untuk menghilangkan zat kimia serta melunakkan teksturnya.
Baca juga: Cabuk Rambak yang Hampir Punah |
Setelah dicuci bersih, lembaran kulit sapi tersebut direbus selama 10 menit. Kemudian kulit dijemur untuk mengurangi kadar air yang dikandungnya. Proses dilanjutkan dengan memotong lembaran kulit sesuai ukuran yang dikehendaki.
"Setelah dijemur hingga kering, potongan kulit dialup-alup sebanyak dua kali. Proses ini menggoreng kulit hingga menjadi krecek rambak," paparnya.
Tak hanya menjadi salah satu kudapan saat lebaran, para pembeli juga menggunakan kerupuk rambak buatan Edi sebagai buah tangan saat mudik ke kampung halaman. Seperti yang dilakukan Anang Sulistya (51).
"Kerupuk rambak ini kesukaan keluarga saya. Makanya saya beli untuk oleh-oleh saat mudik ke Lumajang nanti," jelas pembeli asal Mojokerto ini sembari menenteng 5 kg kerupuk rambak dari toko Edi.
Kerupuk rambak mentah juga digemari para pembeli dibandingkan kerupuk yang siap santap. Selain harganya yang lebih murah, krecek rambak lebih mudah dibawa lantaran tak mudah remuk. "Kalau beli yang sudah matang, risikonya remuk dan melempem saat perjalanan jauh," tandas Anang.
Tonton juga 'Bisnis Kerupuk Rambak Kulit Sapi Meningkat Jelang Lebaran':
(lll/lll)